• Wangi Cengkeh Kesukaan Kaisar

    Majid Nanlohy
    Cengkeh, ternyata bukan hanya terkenal sebagai bahan pembuatan produk rokok kretek. Di Eropa, Asia dan khususnya Indonesia sebagai pemilik tanaman asli komoditi ini, cengkeh digunakan sebagai bumbu. Biasanya dipergunakan dalam bentuk produk utuh atau pun bubuk. Dupa dari Jepang dan Tiongkok juga menggunakan cengkeh sebagai bahan pembuatannya. Dan, belum lagi beragam produk lainnya yang mengisi kebutuhan masyarakat baik dalam dunia industri usaha maupun kesehatan.

    Contohnya, minyak cengkeh yang juga dipergunakan sebagai bahan untuk mengobati sakit gigi dan aroma terapi. Sebab minyak esensial dari cengkeh berfungsi anestetik dan antimikrobial. Karenanya minyak cengkeh sering digunakan sebagai obat untuk menghilangkan bau nafas tak sedap serta sakit gigi.

    Para dokter menggunakan zat eugenol yang terkandung dalam cengkeh untuk menenangkan saraf gigi. Bahkan bangsa Jepang menggunakan minyak cengkeh ini sebagai bahan campuran untuk merawat permukaan pedang mereka.

    Sejarah mencatat, cengkeh sudah menjadi barang mahal sejak dulu. Pada zaman Romawi, cengkeh dihargai sangat mahal sama seperti pala dan merica. Di zaman Dinasti Han dari Tiongkok pada abad keempat juga diterbitkan peraturan unik. Demi menjaga keharuman nafas saat bertemu kaisar, setiap orang diwajibkan untuk terlebih dahulu mengunyah cengkeh.

    Bangsa Arab pada abad pertengahan juga menjadikan cengkeh sebagai alat tukar menukar, kemudian pada abad ke-15 bangsa Portugis mengambil alih jalan tukar menukar di Laut India. Dimana pengambil alihan terhadap perdagangan cengkeh juga dilakukan dengan Spanyol melalui perjanjian Tordesilas, serta perjanjian dengan Sultan Ternate. Selanjutnya pasokan cengkeh Eropa diisi bangsa Portugis yang berhasil membawa banyak cengkeh dari kepulauan Maluku. Begitu berharganya cengkeh, bahkan untuk satu kilogramnya saja dihargai dengan 7 gram emas.

    Meski pada abad ke-17 perdagangan cengkeh kemudian didominasi bangsa Belanda, tetapi bangsa Perancis akhirnya mampu mengembangkan pohon cengkeh di Mauritius pada tahun 1770, dimana hal yang sama juga dilakukan di Guyana, Brasilia dan Zanzibar. Tingginya biaya impor cengkeh di Inggris pada abad ke-17 dan ke-18, bahkan sempat membuat produk ini dihargai setara dengan harga emas.

    Indonesia sebagai negara produsen cengkeh terbesar di dunia, ternyata masih bermasalah dengan urusan pemenuhan kebutuhan pasokan cengkeh dalam negeri. Sebab produksi komoditi cengkeh di tanah air saat ini baru mencapai sekitar 83 ribu ton per tahun. Sementara lahan yang dipergunakan sekitar 455 ribu hektar dan 98 persen diantaranya dipergunakan untuk perkebunan rakyat. Dan sekitar 16,25 persen tanaman tersebut bahkan tidak produktif atau rusak.

    Pada hal komiditi tersebut memberikan kontribusi dan penyediaan bahan baku untuk rokok. Setidaknya kondisi ini tentu saja dapat meningkatkan pendapatan petani cengkeh dan membuka lapangan kerja dan usaha.

    Dari data Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian tahun 2005, disebutkan, cukai perusahaan rokok tahun 2004 mencapai Rp 31,439 triliun dan meningkat menjadi Rp 37,7 triliun pada tahun 2005. Sementara ekspor cengkeh di tahun yang sama untuk negara India, Thailand dan Vietnam mencapai sebesar 7.680 ton, dengan nilai ekspor sebesar 14.916 dollar AS. Dan impornya sebesar 0,55 ton atau sekitar 0,77 dollar AS.

    Harum Hangat dan Sehat
    Cengkeh (Syzygium Aromaticum), merupakan jenis tumbuhan perdu yang biasanya memiliki batang pohon besar dan berkayu keras. Cengkeh juga dikenal sebagai pohon yang sanggup bertahan selama ratusan tahun dengan ketinggian yang mampu mencapai 20 sampai 30 meter.

    Umumnya, cengkeh akan berbuah untuk pertama kali pada umur 4 sampai 7 tahun. Pertumbuhan cengkeh akan sempurna jika kondisi lingkungannya memiliki persediaan air yang cukup serta sinar matahari langsung. Di tanah air, cengkeh cocok ditanam di daerah daratan rendah dekat pantai maupun pegunungan pada ketinggian sekitar 900 meter di atas permukaan laut.

    Selama ini cengkeh digunakan sebagai produk andalan untuk kesehatan. Sebab sifat kimiawi dan efek farmakologis cengkeh mewujudkan rasa hangat, tajam, aromatik, berhasiat sebagai perangsang (stimulant), antiseptic, peluruh kentut (icarminative), anestetik lokal, menghilangkan kolik dan obat batuk. Sementara kandungan kimia pada cengkeh berupa karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B1, lemak, protein dan eugenol.

    Pada pengobatan tradisional memang cengkeh dikenal memiliki berbagai khasiat, antara lain untuk mengobati sakit gigi, sinusitis, mual, muntah, kembung, masuk angin, sakit kepala, radang lambung, batuk, terlambat haid, rematik, campak dan masih banyak lagi.

    Minyak cengkeh (Eugenia Aromatica) yang merupakan produk hasil penyulingan serbuk kuntum cengkeh kering (clove oil), serbuk tangkai kuntum cengkeh (clove stem oil) dan daun cengkeh kering (clove leaf oil), sering dipergunakan dokter gigi sebagai penghilang rasa sakit. Selain itu produk ini juga dipergunakan dalam industri farmasi, penyedap masakan dan wewangian.

    Sementara beberapa manfaat lain yang dapat diperoleh dari mengkonsumsi cengkeh, diantaranya dapat mengobati sakit kolera, menambah denyut jantung, campak dan menghitamkan alis. Untuk menyembuhkan sakit kolera dan menambah denyut jantung, sebaiknya dapat dilakukan dengan mengunyak bunga cengkeh setiap hari. Karena minyak cengkeh dapat memperkuat lendir usus dan lambung serta menambah jumlah darah putih.

    Meminum air rendaman sepuluh biji bunga cengkeh yang direndam air masak semalaman dan ditambah gula batu, juga dapat menyembuhkan sakit campak. Dan sebanyak 5 sampai 7 biji bunga cengkeh kering yang dibakar dan ditumbuk halus serta dicampur minyak kemiri juga dapat menghitamkan alis. Proses pengolesan ini dilakukan pada sore hari.

    Diketahui, bunga cengkeh, selain mengandung minyak atsiri, juga mengandung senyawa kimia yang disebut eugenol, asam oleanolat, asam galotanat, fenilin, karyofilin dan resin.

    Cengkeh Cinderamata Eksotik
    Urusan cengkeh, ditangan Jeff Kristianto, warga Jalan Legian Kaja 457 A Kuta, Bali ternyata dapat menjadi lebih menarik. Pria ini ternyata tidak terjebak dengan pemanfaatan cengkeh selama ini yang biasanya tak jauh-jauh dari urusan rokok, bumbu, kesehatan dan wewangian. Sebuah ide unik muncul dibenaknya.

    Dengan tekun, Jeff bersama belasan karyawannya yang merupakan penyandang tunanetra melakukan proses pengembangan fungsi cengkeh menjadi produk kerajinan tangan yang mengagumkan. Seperti hiasan lampu, tembikar, keranjang, dan berbagai barang unik lainnya.

    Berkat kejeliannya menangkap peluang pasar, produk cinderamata eksotik miliknya ini akhirnya di kenal luas. Bahkan berhasil melakukan ekspor ke Amerika Serikat dan Spanyol.

    Proses terjunnya Jeff ke bisnis cenderamata cengkeh ternyata karena ketertarikannya dengan bentuk cengkeh yang menarik serta memiliki bau harum. Selain itu, ia juga ingin agar pembeli produknya mengetahui jika bahan yang digunakan berasal dari rempah asli Indonesia.

    Bentuk usaha Jeff ini memang akhirnya mewarnai dunia seni cinderamata dan usaha. Selain memanfaatkan komoditi dalam negeri untuk membuat kreasi dengan teknik daya sentuhan seni yang tinggi, setidaknya Jeff juga memberikan kesempatan kerja kepada banyak pihak terutama kaum tunanetra. Suatu hal yang patut ditiru. Dan itu semua bermula hanya gara-gara dia gemar memandang tekstur dan menciumi keharuman cengkeh. *) dari berbagai sumber

    Related Posts :



1 komentar:

  1. rika says:

    memang cengkeh sangat berkhasiat

Leave a Reply

Bookmark and Share

Recent Comment


ShoutMix chat widget

Random Post