• Co-operative Group, Inggris - Koperasi Inggris

    Majid Hamidi Nanlohy

    Tidak percuma Inggris menjadi tempat kelahiran koperasi di dunia. Di negeri ini, koperasi telah tumbuh menjadi jaringan bisnis raksasa, dengan tetap mengusung prinsip dan nilai-nilai koperasi.

    Dalam percaturan koperasi dunia, Inggris merupakan negara dengan posisi istimewa. Di negeri inilah koperasi pertama kali lahir, yang dibidani oleh para pioneer pada 1844. Di negeri ini pula, wadah gerakan koperasi dunia, International Co-operative Alliance (ICA), terbentuk pada 1895. Gagasan tentang koperasi juga banyak ditebar di tanah Inggris, antara lain melalui media cetak Co-operative News, yang pertama kali terbit pada 1871.

    Sejarah besar perkoperasian di Inggris, ternyata bukan hanya tercatat dalam buku dan atau terungguk dalam bentuk museum dan berbagai jenis memorabilia lainnya. Semuanya teruntai dalam satu kesatuan, menjadi sebuah progres yang muaranya bisa dilihat sampai sekarang, berupa perkembangan spektakuler jaringan koperasi yang berkibar dengan nama Co-operative Group.

    Cikal bakal Co-operative Group adalah Co-operative, Wholesale Society (CWS) yang berdiri pada 1863. Setelah itu, berdiri sejumlah koperasi lain, termasuk yang bergerak di bidang ekonomi berbeda, seperti asuransi dan perbankan. Sejatinya, Co-operative Group merupakan hasil amalgamasi dari sejumlah koperasi, yang bergerak di berbagai bidang usaha itu. Terakhir, pada 29 Juli 2007 lalu, proses amalgamasi bahkan terjadi di tingkat induk, yaitu antara Co-operative Group dengan United Co-operatives. Namun, nama yang digunakan tetap Co-operative Group.

    Seperti di sejumlah negara Eropa lainnya, di Inggris pun fenomena merger koperasi sudah menjadi hal yang lazim, dalam menghadapi kompetisi bisnis yang makin keras. Proses amalgamasi tidak mempunyai hambatan dari pengurus atau manajer koperasi, misalnya, karena mereka terkena risiko kehilangan posisi. Sebab, mereka hanya konsen pada upaya mempertahankan dan menyembangkan bisnis koperasi, terutama menyangkut pelayanan yang lebih efisien kepada anggota, sehingga para anggota tetap merasakan keuntungan saat melakukan transaksi dengan koperasi, dibanding dengan perusahaan swasta.

    Setelah melakukan amalgamasi, Co-operative Group menjelma menjadi koperasi konsumen terbesar di dunia, dengan turn over lebih dari L 9,4 triliun (pound sterling), dengan jumlah anggota aktif 2,5 miliar dan mempekerjakan 85 ribu karyawan. Untuk melayani anggotanya, koperasi memiliki 4.500 outlet yang tersebar di seluruh Inggris, yang terdiri dari supermarket, toko swalayan khusus produk makanan, apotek, biro perjalanan. Di luar itu, masih ada kantor jasa keuangan (perbankan dan asuransi), properti, dealer kendaraan bermotor, perkebunan hingga jasa bantuan hokum untuk anggota. Semuanya berdiri dengana label The Co-operative.

    Untuk unit toko swalayan makanan, jumlah outletnya ada 700 unit, dan me­nyerap 700 karyawan. Sedangkan jaringan apoteknya, masuk dalam tiga besar ja­ringan apotek seantero Inggris. Sedangkan unit jasa travel yang memiliki 450 cabang, telah mengalami diversifikasi yang cuku luas, dengan menggarap usaha jaringan internet sampai jasa pemakaman, yang tercatat sebagai yang terbesar di Inggris. Adapun unit dealer kendaraan bermotor, masuk dalam jajaran 25 terbesar dengan jaringan 22 dealer yang seluruhnya mampu menecetak turn over L250 miliar per tahun.

    Di sektor ritel, koperasi sudah bermain dengan e-commerce. Di sektor properti, sasaran bisnis sudah diarahkan pada investasi skala kecil sampai besar. Sedangkan di sector perkebunan, koperasi menghimpun petani yang mengelola lebih dari 70 ribu acre, yang terbentang di daratan Inggris dan Skotlandia.

    Di jasa keuangan, yaitu perbankan dan asuransi, kiprah Co-operative Group memang tidak begitu menonjol. Namun, jasa perbankannya sudah dikenal sebagai bank yang menerapkan etika bisnis terbaik, dan sudah lama menerapkan sistem internet banking. Sedangkan jasa asuransi, memiliki nasabah lebih dari 4,5 juta orang.

    Kendati skala bisnisnya sudah sangat besar, Co-operative Group mampu berge­rak sebagai koperasi murni, dengan menjunjung prinsip dan nilai dasar koperasi. Prinsip self-help, diterjemahkan dalam kegiatan yang mendorong agar anggota koperasi memiliki mental menolong diri sendiri. “Koperasi, pada intinya, menjadi semacam media, agar mereka dapat menolong diri sendiri,” ujar Peter Marks, Chief Executive Co-operative Trading Group.

    Prinsip demokrasi, dijalankan secara konsisten dalam pengambilan keputusan. “Co-operative Group pada dasarnya dijalankan oleh anggota, untuk memenuhi kebutuhan yang sama di antara mereka,” lanjut Peter Mark, “Tidak seperti perusahaan biasa, koperasi tidak dikendalikan oleh pemilik saham atau investor, melainkan oleh anggota yang memiliki hak suara sama.”

    Hanya dengan membayar simpanan pokok L 1, setiap orang bisa menjadi anggota Co-operative Group. Di sam­ping memperoleh pelayanan prima dan keuntungan lain untuk setiap transaksi, anggota juga berhak atas pembagian sisa hasil usaha (SHU) setiap tutup buku. Pada 2006 misalnya, koperasi mengalokasikan SHU untuk anggota sebesar L 19 miliar.

    Dalam aktivitas bisnisnya, koperasi selalu menjaga citra sebagai badan usaha yang bukan hanya peduli pada anggota­nya, tetapi juga pada seluruh masyarakat bahkan lingkungan hidup. Misalnya, de­ngan aktif mengampanyekan pencegah­an global warming, antara lain dengan mengembangkan dan menggunakan energi terbarukan dan bahan-bahan yang bisa didaur ulang. Kemudian mengampanyekan good with food, dengan hanya menjual produk makanan sehat, yang diambil dari kegiatan pertanian yang sehat pula, misalnya, menggunakan pupuk organik. Kepada konsumennya, selalu diingatkan tentang pentingnya mengonsumsi makanan sehat, program diet, dan sebagainya.

    Dengan mengusung visi to be the best co-operative business in the world, Co-operative Group menjalankan empat upaya penting secara konsisten. Pertama, upaya menjalankan bisnis dengan kinerja kelas dunia. Kedua, menjalankan prinsip keterbukaan dan tanggung jawab, dan pelaksanaan nilai-nilai koperasi dalam praktik setiap hari. Ketiga, meningkatkan tarap hidup anggota dan masyarakat melalui perdagangan yang fair dan penyediaan produk-produk bermutu. Keempat, bekerja untuk mencapai sukses jangka panjang.

    Peter Mark yakin bahwa koperasi dapat bersaing dalam arena bisnis global yang kian ketat dengan persaingan, justru kare­na menjalankan prinsip dan nilai-nilai koperasi. Sebab, masyarakat global cende­rung makin sensitif terhadap isu-isu yang menyangkut kehidupan sosial, tranparansi dan kepedulian pada lingkungan hidup. (Husni Rasyad)

    Related Posts :



0 komentar:

Leave a Reply

Bookmark and Share

Recent Comment


ShoutMix chat widget

Random Post