-
Wisata Kuningan Jawa Barat
Sudahkah Anda mengenal lebih dekat Gunung Ciremai, acara Seren Taun sebagai wujud rasa syukur penduduk atas keberhasilan panen, atau daerah Linggarjati sebagai saksi bisu perundingan bersejarah RI-Belanda? Ya, itu adalah nama tempat atau acara wisata unggulan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Berada di antara lereng perbukitan, memiliki daratan yang indah, dan berudara sejuk dengan temperatur 18-30 derajat celcius, tentu saja Kuningan terjuluk sebagai tempat wisata alami dan menyegarkan (natural and fresh tourism objects). Selain itu, daerah ini memiliki seni budaya yang beraneka ragam (various unique traditional art).
Jika Anda datang dari arah Cirebon, sebaiknya tujuan pertama adalah Dusun Tiga, Kampung Cipaku, Kecamatan Cilimus, Kuningan. Desa kecil berada di Blok Wage ini sudah dikenal luas hingga mancanegara, karena di sini terdapat gedung bersejarah tempat perundingan antara pemerintah Indonesia dan Belanda tahun 1946. Di Linggarjati inilah lahir sebuah perjanjian yang sangat penting.
Linggarjati tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Disini tercetus isi pokok perundingan yang isinya pengakuan bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat di mata dunia.
Jejak tersebut masih dapat disaksikan, berupa peninggalan bangunan kuno yang megah dikelilingi taman yang asri. Luas komplek ini mencapai 2,4 hektare, dimana sepertiganya dipakai untuk bangunan yang di dalamnya gedung perundingan.
Bangunan ini semula dibangun oleh seorang pejabat Belanda sebagai tepat peristirahatan, kemudian difungsikan untuk tempat perundingan. Bangunan bersejarah itu lalu diserahkan kepada pemerintah Indonesia sebagai cagar budaya lengkap dengan perabot yang ada didalamnya.
Jika Anda mengunjungi tempat ini dan menginginkan informasi lebih jauh mengenai Perundingan Lingarjati berikut sudut-sudut ruangan yang digunakan, jangan
khawatir karena ada 14 orang petugas yang siap menjelaskan secara lengkap.
Cigugur
Setiap penanggalan Sunda yakni 22 Rayagung Saka, masyarakat kawasan Desa Cigugur, sebuah desa di kaki Gunung Ciremai, Kuningan, melaksanakan acara Seren Taun. Masyarakat berkeyakinan pesta adat seperti ini perlu untuk mewujudkan rasa syukurnya kepada Sang Pencipta terhadap hasil bumi yang mereka peroleh.
Sebagian masyarakat Cigugur adalah asli Sunda yang masih menganut dan menghayati ajaran Sunda Wiwitan, yakni ajaran yang diwarisi dari leluhur atau karuhun masyarakat Sunda sejak berabad-abad silam. Maka tak heran, jika hingga kini keyakinan tersebut terus dilestarikan masyarakat Cigugur.
Perayaan Seren Taun sebenarnya adalah sebuah pagelaran seni dan kirab yang diisi hasil bumi Cigugur. Disamping memang ada ritual tersendiri yang dilakukan masyarakat dalam memaknai acara adat tersebut.
Bila Anda berkesempatan datang pada peringatan seren taun, maka peralatan wajib yang dibawa adalah perlengkapan foto. Jangan heran bila Anda menjumpai deretan penggemar fotografi dari dalam dan luar negeri, karena banyak obyek foto yang menarik dan unik.
Gunung Ciremai
Bagi penggemar wisata alam, Kuningan menyuguhkan wisata penjelajahan Gunung Ciremai. Julukan sebagai gunung congkak yang selalu menantang adrenalin siap menjadi tantangan tersendiri
Puncak Ciremai berada pada ketinggian 3.078 di atas pemukaan laut, dengan cakupan lahan seluas 15.500 hektar. Ciremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat, dimana keberadaannya dalam wilayah Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC).
Tiga jalur pendakian telah disiapkan untuk mendakinya. Jalur tersebut yaitu, jalur Linggarjati, jalur Cigugur yang dikenal dengan Palutungan, dan terakhir jalur Maja di Kabupaten Majalengka. Namun, para pendaki umumnya menaiki jalur Linggarjati dan Palutungan. Jalur ini selain mudah dijangkau, juga karena track-nya yang mudah dikenali.
Taman Purbakala
Selain wisata sejarah, budaya, dan alam, Kuningan juga memiliki obyek wisata purbakala di Desa Cipari, Kecamatan Cigugur. Kawasan situs Cipari meninggalkan warisan manusia purba yang telah mengenal peradaban. Benda-benda prasejarah yang berusia ribuan tahun dapat kita temukan di sana. Di antaranya perkakas batu, gerabah, perunggu, menhir, undakan batu besar, fondasi bangunan, tempat penjualan, serta batu kubur.
Situs purbakala ini kali pertama ditemukan pada 1972 berupa kuburan batu. Diketemukan pula perkakas batu, gerabah, perunggu, bekas-bekas pondasi bangunan dan bangunan batu besar yang disebut Meganit. Hasil penelitian menunjukkan situs Cipari mengalami dua kali pemukiman pada akhir neolitik berkisar antara tahun 1000 Sebelum Masehi sampai 500 Masehi. Pada waktu itu masyarakat sudah mengenal organisasi dan pemujaan terhadap nenek moyang. (Dedi Irawan)Related Posts :
0 komentar: