-
Danish Crown - Koperasi di Denmark
Menghadapi turbulensi ekonomi akibat krisis keuangan global, koperasi peternak Denmark ini sempat terguncang. Namun, segera bangkit lagi karena struktur koperasi yang kokoh.
Denmark adalah negeri kecil di Kawasan Skandinavia, Eropa, yang tingkat kesejahteraan penduduknya masuk dalam jajaran paling baik di seantero bumi.Total luas Denmark hanya 43.094 km², dihuni oleh oleh 5.447.084 penduduk. Meskipun kecil, Denmark terbilang negara industri maju di Eropa, dengan produk nasional bruto rata-rata berada di barisan depan dunia.
Negeri yang pemerintahannya menganut sistem monarki ini, memang tidak memiliki banyak sumberdaya alam. Kecuali minyak dan gas alam, cadangan tambang lainnya tidak banyak. Batu bara semuanya diimpor. Namun, penduduk Denmark berhasil menggenjot sektor pertanian, peternakan, perikanan dan pengolahan bahan makanan. Semuanya dikelola dengan skala besar, dalam sebuah industri, yang umumnya digarap oleh koperasi.
Danish Crown, adalah salah satu koperasi peternak paling terkemuka di Denmark. Koperasi ini menghimpun peternak babi dan sapi potong. Khusus untuk daging babi, Danish Crown mempunyai industri pengolahan kedua terbesar di dunia, dan nomor wahid di Eropa. Kalau indikatornya bergeser pada volume ekspor, Danish Crown duduk di singasana paling tinggi seantero dunia.
Untuk ke Jepang saja, nilai ekspor Danish Crown sanggup mendongkrak nilai perdagangan Denmark dengan Jepang, Surplus. Setiap tahun, sekitar 6 sampai 7 miliar ton produk Danish Crown, diekspor ke Jepang. Nilainya. setara dengan total impor berbagai barang dari Negeri Matahari Terbit itu selama dua tahun. Tapi, Jepang hanya salah satu contoh saja. Uni Eropa, Rusia sampai Amerika Serikat, juga menjadi langganan empuk ekspor Danish Crown.
Data paling mutakhir menunjukkan, roda bisnis Danish Crown mampu berputar dengan turnover 6,3 miliar Euro (lebih dari Rp 91 triliun) per tahun. Di kalangan konsumen, seluruh produk Danish Crown sudah lama dikenal karena kualitasnya yang istimewa, sehingga mereka rela merogoh kantong lebih dalam dibanding membeli produk sejenis dari perusahaan lain. Untuk daging saja, misalnya, standar pemotongannya ada 200 jenis. Setiap potongan benar-benar seragam, baik bentuk, berat maupun kualitasnya.
Pencapaian bisnis Danish Crown hingga menjulang tinggi, sejatinya merupakan proses yang belangsung lebih dari satu abad. Koperasi ini sudah terbentuk sejak 1887. Empat puluh tahun kemudian, koperasi sudah memiliki tempat pemotongan babi yang tersebar di seluruh Denmark.
Lompatan besar, terjadi pada 1960. Untuk memperbesar kapasitas produksi, memperluas pasar dan pengembangan bisnis, Danish Crown melakukan merger dengan koperasi peternak babi lainnya di Denmark. Langkah ini, terbukti jitu. Industri sejenis yang digerakkan swasta, benar-benar kepepet. Banyak di antaranya yang tumbang. Hasilnya, koperasi menguasai 94 persen produksi daging babi di Denmark. Koperasi juga mulai merangkul peternak sapi potong sebagai anggota.
Saat ini, jumlah anggota Koperasi Danish Crown tercatat 12,5 ribu orang. Semuanya peternak babi dan sapi, yang tersebar di seluruh Denmark. Selain berhak memilih jajaran manajemen, anggota koperasi juga mempunyai perwakilan yang duduk dalam sebuah komite.
Sebagai perusahaan, Danish Crown memiliki dua perusahaan induk, yaitu Pork Division dan Beef Division. Di dua perusahaan induk ini, karyawan yang dipekerjakan mencapai 10,5 ribu orang. Di bawahnya, ada tujuh perusahaan yang terdiri dari Tulip Food Company, Tulip Ltd (beroperasi di Inggris), Sokolow, Plumrose (beroperasi di AS), Ess-Food, Dat-Schaub a.m.b.a. dan Scan Hide. Total karyawan di tujuh perusahaan ini, 25 ribu orang.
Sempat Oleng
Sebagai perusahaan yang telah mencapai skala raksasa, Danish Crown sempat oleng terkena dampak krisis global lantaran daya serap pasar melembek. Jumlah produksi turun drastis, dan 1.600 karyawan dirumahkan, sebagai bagian dari langkah efisiensi yang dilancarkan secara ketat. Puncak kegoyahan ini terjadi pada November 2008.
“Ini memang keputusan berat. Tapi kami percaya, setelah krisis berlalu, Danish Crown bakal kembali ke puncak kinerjanya, karena kami koperasi yang memiliki struktur kuat,” ujar Direktur Utama Danish Crown Kjeld Johannesen, “Industri sejenis non-koperasi, keadaannya jauh lebih parah.”
Dengan basis anggota yang kuat, Danish Crown masih bisa menjalankan beberapa perusahaan inti, terutama berupa pengolahan dan penjualan daging dari anggota. Perusahaan yang agak terganggu, adalah yang sifatnya sebagai pendukung, atau diversifikasi dari bisnis utama Danish Crown.
Terbukti, dengan mengandalkan bisnis inti (yang berhubungan dengan anggota) saja, Danish Crown bisa meredam guncangan akibat krisis keuangan global. Hanya dalam waktu satu bulan, sudah bisa kembali ke jalur pertumbuhan, meskipun kecepatannya baru 6 persen.
Karena industri sejenis di Eropa, terutama yang dikelola swasta, banyak yang bergelimpangan, di masa yang akan datang besar kemungkinan Danish Crown bakal lebih mendominasi perdagangan daging olahan, khususnya di Eropa.
Perkasa karena Basis Anggota
Di Eropa, keperkasaan koperasi di hadapan perusahaan swasta, bukan sesuatu yang luar biasa. Termasuk Koperasi Danish Crown yang berbasis di Denmark. Koperasi yang beranggotakan peternak babi dan sapi potong ini, bukan hanya sanggup menyingkirkan industri swasta sejenis di negaranya, tetapi juga menjelma menjadi salah satu yang terbesar di daratan Eropa.
Sama seperti koperasi rakasasa Eropa lainnya, kehebatan Danish Crown dalam mengembangkan bisnisnya bukan semata-mata karena manajemen yang canggih, tetapi juga lantaran tidak pernah bergeser pada basisnya, yaitu anggota. Mereka memang memang bukan peternak kelas teri, karena umumnya mempunyai usaha ternak skala menengah dan besar.
Para peternak itu merasa perlu berkoperasi bukan hanya karena secara tradisional koperasi sudah akrab dalam kesehariannya, tetapi juga untuk tujuan ekonomi yang lebih strategis. Mulai dari efisiensi sampai ekspansi pasar.
Sejak 1887, Danish Crown mengawal para peternak untuk mencapai tujuan peningkatan kesejahteraannya. Dalam setiap penggal sejarah berkoperasi yang begitu panjang, selalu ada peningkatan pencapaian. Setiap pencapaian berupa peningkatan kinerja bisnis koperasi, selalu berbanding lurus dengan peningkatan usaha ternak anggotanya. Bahkan, bisa dikatakan, perkembangan bisnis Danish Crown hingga saat ini, merupakan refleksi dari perkembangan usaha ternak anggotanya.
Kendati skala bisnis Danish Crown makin luas hingga menjadi industri dengan jangkauan global, akses anggota terhadap kebijakan strategis koperasi –termasuk seluruh unit bisnisnya—tidak berkurang. Di koperasi, anggota memiliki perwakilan (pengurus dan komite), yang pengaruhnya sangat kuat, termasuk dalam mengangkat dan memberhentikan para petinggi manajemen.
Proses pengambilan keputusan oleh anggota, termasuk dalam memilih pengurus dan komite, dilakukan secara berjenjang, hingga tingkat distrik. Di samping anggota, karyawan koperasi juga menempatkan wakilnya di kepengurusan. Ini berarti, karyawan pun ditempatkan secara terhormat.
Sebagai pengusaha ternak, anggota Danish Crown sangat rasional. Mereka, misalnya, tidak keberatan melakukan merger dengan koperasi sejenis di Denmark, untuk memperluas skala usaha. Aturan main yang mengatur hubungan anggota dengan koperasi, dibuat dalam anggaran rumah tangga yang berisi pasal-pasal cukup rinci. Semuanya mempunyai konsekuensi hukum yang jelas, sehingga baik anggota maupun koperasi bisa menjalankan hak dan kewajibannya secara konsisten.
Bagi koperasi, yang telah menjelma menjadi industri skala raksasa dengan membawahi sederet perusahaan, bergerak dengan kesetiaan pada basis anggotanya, secara bisnis juga sangat menguntungkan. Misalnya, perusahaan-perusahaan milik koperasi itu, mendapat jaminan pasokan daging dengan mutu terjamin. Bahkan, dukungan permodalan dari anggota pun, sangat besar sehingga mengurangi ketergantungan pada kredit dari perbankan. Karena itulah, Danish Crown mampu bertahan ketika gelombang krisis keuangan global banyak menghempas dunia industri. (Husni Rasyad)Related Posts :
0 komentar: