• Indahnya Pantai Losari Makassar di Kota Daeng

    Majid Hamidi Nanlohy
    Lentikan jari itu terurai lembut mengikuti irama Tunrung Pakanjara atau tabuhan gendang dari alat musik pui-pui. Deretan penari pria dan wanita melenggok dengan taburan senyum bersahabat, membelakangi surya yang perlahan mulai terbenam di pantai Losari tanah si Daeng, Makasar.

    Suara gendangnya terus bertalu mengeluarkan aturan irama, hingga perhatian pengunjung pantai ini terpusat ketika enam penari itu mengeluarkan sarung sutera yang diselipkan di pinggangnya. Tak ayal, semarak pengunjung membuat suasana menjadi menyenangkan dengan suguhan tari anging mamiri pada sebuah festival seni tradisional Sulawesi Selatan awal Mei lalu.

    Posisi pantai Losari sangat strategis dan menjadi bagian yang menyatu dengan suasana kota Makasar yang membentang sejauh kurang lebih 4 km. Pantai ini langsung dapat diakses dengan jalan utama protokol utama.

    Banyak yang ditawarkan di tempat ini selain keindahan alam berupa hamparan laut terhimpit pulau yang membentuk teluk Makasar. Masyarakat sekitar sepakat dengan wajah pantai Losari yang sudah berbeda dari waktu sebelumnya, nyaris tak ada waktu sepi di ikon Makasar ini. Apalagi setelah hadirnya berbagai fasilitas penunjang seperti permainan air, serta sandaran perahu wisata di bibir pantai. Belum lagi keberadaan fasilitas hotel yang tidak jauh letaknya memberi kemudahan dan kenyamanan tersendiri. Sungguh sebuah ruang terbuka yang sengaja difungsikan untuk relaksasi bagi penduduk kota ini maupun wisatawan.

    Jangan ditanya apa yang dilakukan pengunjung yang kebanyakan datang bersama rombongan keluarga ini, pastinya sendau gurau dipelataran anjungan pantai yang sudah memakai lantai keramik luas dan bersih, menjadi tempat bagi anak-anak kecil berlari riang. Ada tiga pelataran yang dibangun, yaitu pelataran Bugis Makasar, pelataran Toraja, dan pelataran Losari Metro.

    Luas pelataran Losari Metro lebih kecil dibandingkan dengan dua pelataran lainnya sehingga pelataran itu dianggap tidak populer. Pelataran Losari Metro dibangun di samping Pelataran Bugis Makassar atau berada di dekat Jalan Metro Tanjung Bunga.
    Nampak juga pasangan anak muda, dan berkelompok menghabiskan waktu dengan duduk saja menikmati angin laut dan hamparan lautan luas nan biru. Di sini pula satu-satunya pantai di Indonesia dengan sunset dan sunrise yang bisa dilihat dalam satu titik sama.

    Waktu paling ideal mengunjungi pantai Losari adalah sore hari antara jam 15.00 hingga jam 21.00 waktu setempat. Banyak yang datang kemari untuk duduk duduk menikmati pantai yang bersih, jogging disepanjang pedestrian sejauh 500 meter.
    Bagi masyarakat sekitar, pantai ini juga memberikan kenyamanan dan sarana hiburan yang meriah. Pada beberapa sudut pantai terlihat pemancing mengayunkan pancingnya ke laut, kemudian diam menunggu umpannya terkait ikan. Hasil tangkapannya memang tak banyak, biasanya pada saat-saat tertentu saja ikan-ikan besar didapat.

    Hidangan laut

    Umumnya tempat wisata lain, sudah pasti disisipi penjaja makanan dalam berbagai menu dan bentuk. Seperti halnya di tempat ini, malam harinya makanan laut tersaji khas dibeberapa warung makanan. Dahulu, pantai ini terkenal dengan pusat makanan laut dan ikan bakar yang tersaji hanya pada malam hari. Panjang warung tersebut kurang lebih mencapai satu kilometer. Tapi dengan dilakukannya reklamasi pantai untuk anjungan, para pedagang telah direloaksi ke tempat yang tak jauh dari sana.

    Anda tidak berselera dengan makanan laut? Jangan khawatir, salah satu penganan khas makasar yang dijajaki warung makanan itu juga ada pisang epe. Yakni pisang mentah yang dibakar, kemudian dibuat pipih, dan dicampur dengan air gula mentah paling enak dimakan saat masih hangat.

    Tak cukup dengan makanan tadi, beberapa tempat di tengah kota yang tak jauh dari pantai Losari cukup mudah ditemui coto dan sop konro. Kelezatan makanan ini ditentukan pada kuahnya karena dimasak dalam panci tana liat atau disebut dengan korong butta atau uring butta dengan rampah patang palo yakni ramuan dari 40 macam rempah sebagai bumbunya.

    Pulau Kayangan
    Cukup menikmati sunset di pantai Losari, esoknya anda dapat menyebangi lautan selama 15 menit dengan menumpang perahu tradisional ataupun perahu boat dengan kecepatan 36 tenaga kuda yang khusus disediakan bagi para pengunjung. Dermaga keberangkatan terletak di depan benteng Fort Rotterdam.

    Pulau ini adalah sebuah pulau kecil berpasir putih seluas 1 hektar dan karena dekat, selalu ada kapal yang berangkat ke sana, pulang pergi membawa penumpang. Jadi jangan dibayangkan seperti di Jakarta yang jauh kalau harus ke pulau seribu. Di sini, cukup mengocek biaya kapal 30 ribu per penumpang untuk pulang pergi.

    Tidak berbeda dengan tempat wisata lain, pulau Kayangan juga menyediakan berbagai fasilitas lengkap di dalamnya. Sebut saja tempat menginap seperti restoran, pondokan, panggung hiburan, gedung serbaguna, sarana bermain dan olahraga, dan anjungan yang disediakan khusus bagi yang gemar memancing.

    Jika anda beruntung, tak ada awan yang menutupi birunya langit yang direfleksikan air laut seolah-olah tenang, nikmatilah saat-saat fajar tertelan tenggelam di ujung laut. Pukul 18.15 matahari benar-benar lenyap. Tapi semburat merah dibatas cakrawala masih cukup jelas, lalu menguning, menghijau dan membiru bercampur dengan langit. Satu titik planet ini begitu terlihat jelas. Saatnya bersiap kembali ke Makasar dengan perahu yang sama. (Dedy Irawan)

    Related Posts :



0 komentar:

Leave a Reply

Bookmark and Share

Recent Comment


ShoutMix chat widget

Random Post