• Metsaliitto Cooperative Finlandian - Koperasi Finlandia

    Majid Hamidi Nanlohy
    Dengan kekayaan hutan yang melimpah, Finlandia tampil sebagai salah satu negara Eropa paling maju dalam industri berbasis hasil hutan. Melalui koperasi, industri hutan di negeri ini sebagian besar melibatkan masyarakat.

    Menyebut Finlandia, orang mungkin akan segera melekatkannya dengan hape merek Nokia yang memang sudah sangat mendunia. Padahal, sejatinya, struktur industri negara yang masuk rumpun Skandinavia itu, secara tradisional didominasi oleh produksi berbasis hasil hutan. Sejak 1990-an, struktur itu memang mulai berubah dengan tampilnya industri elektronik, yang melambungkan Nokia sebagai ikonnya.

    Tapi, industri hutan masih mengkontribusi sekitar 25 persen dari total ekspor negara berpenduduk lima juta jiwa itu. “Secara tradisional, kami memang hidup dari hutan. Meskipun sekarang kami dapat menambahkan pada Nokia,” ujar Jyrki Vesikansa dari Departemen Luar Negeri Finlandia.

    Ratusan tahun sebelum memproklamasikan diri sebagai negara merdeka dari kolonialisme Rusia pada 6 Desember 1917, penduduk Finlandia memang sudah akrab dengan hasil hutan, sebagai sumber nafkah. Kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya hutan, telah membuat penduduk Finlandia sangat peduli terhadap kelestariannya. Meskipun telah dieksploitasi sebagai industri, hutan Finlandia tidak banyak penyusut. Sampai sekarang, kawasan hutan masih sekitar 70 persen dari total daratan yang seluas 330.000 km2.

    Industrialisasi sangat terarah pada eksploitasi untuk memperoleh nilai tambah hasil hutan, yang dilakukan sejalan dengan proses reboisasi secara terencana. Hasilnya, bukan mampu menciptakan kemakmuran bagi masyarakatnya, ekonomi Finlandia juga banyak terdongkrak oleh perolehan devisa ekspor berbagai produk hasil hutan.

    Di samping industrialisasi yang berjalan baik, kemakmuran masyarakat, terutama yang bermata-pencaharian di sektor kehutanan, juga sangat ditentukan oleh hadirnya koperasi. Lazimnya negara Eropa yang menganut ekonomi liberal, tentu saja ada perusahaan swasta yang bermain dalam industri hasil hutan di Finlandia. Namun, keberadaan koperasi tak tergoyahkan, hingga masuk dalam daftar empat besar pelaku industri hasil hutan Finlandia, dengan skala bisnis yang sudah mengglobal.

    Masyarakat pemilik dan penggarap lahan hutan di Finlandia, membentuk koperasi pada 1947. Namanya Metsaliitto Cooperative, atau Metsaliitto Osuuskunta. Namun embrionya sudah ada sejak 1937. Saat itu, mereka mendirikan Metsaliitto Oy, yang sistem kerjanya sama persis dengan koperasi, namun masih terbatas pada kegiatan penjualan bersama kayu yang dihasilkan ke luar Finlandia.

    Setelah berubah menjadi koperasi, kegiatan bisnis Metsaliitto menjadi semakin luas. Sebagian kayu yang dihasilkan anggota, tidak lagi dijual dalam bentuk gelondongan, tetapi juga diolah menjadi berbagai jenis produk jadi. Pada tahun pertama berdirinya, Metsaliitto Cooperative sudah mampu menghimpun 33 ribu anggota, dengan total luas lahan hutan mencapai 1,7 juta hektar.

    Langkah besar dalam pengolahan kayu, dimulai pada 1953. Ketika itu, koperasi sudah mampu memproduksi pulp, kertas dan tripleks. Agar kegiatan produksi ini bisa dilakukan secara lebih khusus, koperasi mendirikan perusahaan bernama Metsaliitto Sellulosa Oy.

    Selanjutnya, koperasi membentuk sejumlah perusahaan lagi, untuk mengepakkan sayap usaha. Langkah ini berlangsung selama periode 1960-an sampai 1980-an.

    Namun, peristiwa paling bersejarah terjadi pada 1987, ketika tiga perusahaan koperasi, melakukan merger, yaitu G.A. Serlachius Oy, Metsaliitto Oy dan Metsa-Serla, sehingga membentuk kekuatan raksasa. Peristiwa penting lain terjadi pada 1992, saat dibentuk Metsaliitto Group, yang sampai sekarang menjadi industri hasil hutan terbesar di Finlandia, dengan wilayah usaha lintas negara.

    Secara keseluruhan Metsaliitto Group rata-rata menghasilkan kayu sebanyak 36 juta kubik setiap tahun, yang dipasarkan ke berbagai negara Eropa Barat. Kayu-kayu tersebut, sebagian besar dipasok oleh anggota Metsaliitto Cooperative. Sepanjang 2007, penjualan kayu mencapai rekor 1,7 miliar Euro.

    Sedangkan produksi kayu olahan, mencapai 6 juta kubik pertahun, dan mencetak angka 1,4 miliar Euro, dengan sasaran penjualan sampai ke 20 negara, melibatkan 4.500 tenaga kerja. Untuk pulp (bahan baku kertas), yang diproduksi Oy Metsa-Botnia Ab, tercatat sebagai yang terbesar kedua di Eropa. Perusahaan ini memiliki empat pabrik di Finlandia dan satu di Uruguay, dengan total produksi mencapai 13,5 meter kubik per tahun serta melibatkan 2 ribu karyawan.

    Perusahaan lainnya, M-real Corporation, ada dalam deretan terdepan industri papan dan kertas di Eropa. Perusahaan yang tercatat di OMX Nordic Exchange Helsinki ini, pada 2007 mencetak penjualan sampai 4,4 juta Euro. Dengan dukungan 9.500 karyawan, produksi M-real Corporation menghabiskan kayu gelondongan 2,7 juta meter kubik per tahun.

    Produk lain berupa tisu dan kerta makanan, dihasilkan perusahaan lain bernama Metsa Tissue Corporation. Dengan penjualan mencapai 900 juta Euro (2007), perusahaan ini memimpin pasar tisu di kawasan Eropa. Selain di Finlandia, pabriknya tersebar di Jerman, Polandia, Slovakia dan Swedia.

    Kesinambungan Bisnis
    Sejatinya, tidak mudah mengembangkan bisnis di sektor kehutanan, yang sangat sensitife dengan isu kerusakan lingkungan. Terlebih di Eropa, yang masyarakatnya sudah sangat kritis. Namun, sejauh ini, Metsaliitto Cooperative tidak pernah tersandung masalah lingkungan. Finlandia sendiri, dikenal sebagai negara yang paling apik dalam pemeliharaan hutannya.

    Metsaliitto Cooperative sejak awal memang memiliki prinsip yang sangat keras digariskan, yaitu selalu menyeimbangkan kegiatan eksploitasi hutan dan pemeliharaannya. Langkah ini sangat penting untuk pengembangan perusahaan secara berkelanjutan.

    Saat ini, Metsaliitto Cooperative bahkan menjadi anggota World Business Council for Sustainable Development (WBCSD). Lembaga ini beranggotakan 200 perusahaan multinasional, yang mempunyai komitmen besar terhadap pembangunan berkelanjutan melalui tiga pilar utama, yiatu pertumbuhan ekonomi, keseimbangan ekologi, dan pengembangan masyarakat.

    Metsaliitto Cooperative, yang memiliki 130 ribu anggota, juga menjadi penyokong aktif pelaksanaan sepuluh prinsip The Global Compact, yang konsen pada hak asasi manusia, perburuhan, lingkungan hidup dan gerakan anti korupsi. Di level dunia Metsaliitto Cooperative masuk dalam jajaran lima besar indsutri pengolah hasil hutan. (Husni Rasyad)

    Related Posts :



0 komentar:

Leave a Reply

Bookmark and Share

Recent Comment


ShoutMix chat widget

Random Post