• Pasar Terapung - Banjarmasin Kaltim

    Majid Hamidi Nanlohy
    Terlambat atau malas bangun pagi? Jangan harap Anda bisa menikmati suasana khas pasar terapung Muara Kuin di Sungai Barito, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

    Ingin merasakan denyut pasar terapung Muara Kuin yang menjadi ikon pariwisata Banjarmasin ini, jangan sampai terlewat jam, Anda mesti datang pagi-pagi sekali.
    Aktivitas pasar khas ini sudah berlangsung sejas selepas sholat subuh, tepat pukul 05.00 dan berakhir sekitar pukul 07.00 Wita. Jadi, praktis kegiatan pasar terapung hanya dua jam saja. Tentu saja waktu dua jam teramat pendek untuk urusan aktivitas sebuah pasar. Tapi, justru itulah kekhasan pasar terapung Muara Ruin.

    Makanya, ketika alarm jam saya berdering dengan menunjuk angka 04.30, saya langsung bergegas menuju Dermaga Belitung, tempat mangkal perahu yang akan membawa ke lokasi pasar terapung yang sudah terkenal hingga mancanegara itu.

    Perjalanan dari pusat kota Banjarmasin membutuhkan waktu sekitar 40 menit untuk menempuh perjalanan sepanjang sekitar 30 km melalui jalan darat guna mencapai Dermaga Belitung.

    Selanjutnya perjalanan di sungai dilanjutkan menggunakan perahu klotok (perahu bermotor) yang dapat disewa dengan tarif sekitar Rp 70 ribu hingga Rp 80 ribu per perahu dengan kapasitas 10 orang penumpang. Tapi, pandai-pandailah menawar. Perahu ini tidak menyediakan peralatan pelampung untuk situasi darurat.

    Menyusuri Sungai Barito yang merupakan terbesar di Pulau Kalimantan ini pada pagi buta membawa sensasi tersendiri. Apalagi bagi mereka yang kali pertama melakukannya. Sesekali perahu klotok terasa oleng ketika terdorong arus yang ditinggalkan dari perahu lawan yang lebih besar saat berpapasan.

    Mengunjungi pasar terapung Muara Kuin sungguh menciptakan pengalaman tersendiri. Para pedagang dan pembeli melakukan transaksi langsung di atas perairan sungai menggunakan jukung atau perahu kecil yang dikayuh menggunakan dayung. Suasana bertambah unik saat para penjual yang kebanyakan kaum ibu mencoba menawarkan dagangannya. Dengan lincah dan gesit jukung berseliweran menghampiri perahu pembeli juga pengunjung tanpa saling bertabrakan, kalau bersinggungan dan berhimpitan itu sudah biasa.

    Barang yang dijajakan kebanyakan hasil bumi, sayuran, buah, ikan, makanan olahan dan kebutuhan rumah-tangga lainnya. Bagi pengunjung yang tidak sempat sarapan tersedia makanan matang khas Banjar, mulai dari kue tradisional, nasi kuning hingga soto Banjar. Semua sajian dijajakan di atas perahu, dan Anda pun dapat menyantapnya di atas perahu. Tertarik mencoba.

    Menjadi Daya Tarik Wisata Kota Banjarmasin
    Meski waktu pasar terapung cuma dua jam, tetapi daya tariknya luar biasa. Wajar jika pasar unik ini terkenal bukan saja di antero nusantara, namun hingga mancanegara. Tidak lain, pasar yang pada mulanya terletak di antara Kuin Utara dan Kuin Cerucuk ini memiliki nilai sejarah tinggi. Usianya lebih lima abad, tepatnya pada 1526 atau seiring terbentuknya Kota Banjarmasin yang dirikan oleh Sultan Suriansyah.

    Bagi pengunjung juga bisa menyempatkan berziarah ke makam raja-raja Kalimantan Selatan ini. Makamnya terletak di sebuah komplek pemakaman di kelurahan Kuin Utara. Selain Sultan Suriansyah yang merupakan raja Islam pertama juga terdapat makam Raja Banjar ke-2 Sultan Rachmatullah dan Raja Banjar ke-3 Sultan Hidayatullah, serta seorang ulama keturunan Arab utusan Sultan Trenggono (Raja Demak) Khatib Dayan untuk mengislamkan Sultan Suriansyah beserta rakyatnya.

    Keunikan lain dari pasar terapung ini adalah tidak ada pengaturan resmi dari pemerintah setempat, mengenai jalannya kegiatan perdagangan. Kabarnya meski diatur, konon tidak akan ditaati bahkan pasar akan bubar serta menyebar di seputar Sungai Barito yang semakin jauh dari muara Sungai Kuin.

    Tapi bukannya dibiarkan saja. Sebab, tidak dibuatnya aturan resmi tentang Pasar Terapung itu merupakan kebijakan Pemerintah Kota Banjarmasin. Sebaliknya, pemerintah kota sangat memperhatikan keberadaannya. Tentu, bukan berkaitan dengan kegiatan perdagangannya, melainkan memanfaatkan sebagai obyek dan daya tarik wisata, sekaligus sebagai aset budaya dan adat istiadat masyarakat Banjar. (Iman Saputra)

    Related Posts :



0 komentar:

Leave a Reply

Bookmark and Share

Recent Comment


ShoutMix chat widget

Random Post