• Standar Liputan Reporter Jurnalisme

    Sebuah liputan harus memenuhi kualitas yang tinggi. Untuk itu diperlukan standar peliputan yang harus dipenuhi oleh semua reporter yang meliput di lapangan:

    1. Deskripsi
    Sebuah laporan harus menggambarkan sebuah kejadian dengan jelas dan rinci mengenai:
    Tempat kejadian: sebutkan mulai dari wilayah terkecil: gang, jalan, RT/RW, desa, kecamatan, kabupaten dan propinsi.
    Kronologis peristiwa; sebutkan dari yang terlama hingga terbaru: Misalkan meliput pembunuhan, maka ceritakanlah berawal dari pelaku berniat membunuh sampai posisi terakhir, misalnya di tahanan kepolisian.
    Detail alat-alat: mulai dari alat terkecil hingga terbesar. Misalnya cairan kimia, paku, pisau, palu, granat, bom, motor, mobil, truk, tank, dan seterusnya.
    Urutan ruang: ceritakan mulai dari arah depan ke belakang atau sebaliknya. Misalkan meliput kantor/ rumah: ceritakan dari pintu rumah depan, ruang tamu, ruang tidur, ruang makan, dapur, halaman belakang rumah, sampai pintu keluar.
    Ceritakan polah tingkah manusia secara rinci: Cerita tentang polisi sedang memeriksa tersangka, maka harus dideskripsikan cara duduk, pakaian yang dipakai, merokok apa, berapa kali menguap, kapan mengambil nasi bungkus, berapa kali tersangka minta kencing dan sebagainya.

    2. Profil Sumber
    Profil sumber berita harus memenuhi informasi berikut:
    Nama jelas dan lengkap: ingat ada orang yang punya nama satu kata hingga lima kata. Misalnya satu nama Suparjo. Ada pula yang bernama sangat panjang, misalnya nama raja.
    Data pribadi: tempat dan tanggal lahir, hobi, parfum kesukaan, sepatu pilihan, café langganan, tempat piknik favorit, salon kesukaan, makanan paling lezat menurutnya, dan sebagainya.
    Ciri-ciri tubuh: kurus, langsing, gendut, gembrot. Ciri lain dari kaki hingga ujung rambut: kakinya kecil, paha besar, pinggul kecil, dada super, leher kaya beton, hidung mancung, gigi mrongos, mata sipit, bulumata lentik, alis tebal, rambut bergelombang.
    Kekayaan pribadi: mulai dari yang terkecil hingga terbesar: koleksi pentol korek, keramik antik dari Cina, kursi antik dari jaman Majapahit, meja batu jaman dari kerajaan Kutai, lukisan van goh, sepeda unik, motor besar, mobil sport, truk, bis, rumah, dan seterusnya.
    Alamat rumah dan kantor dicantumkan jelas.
    Gelar harus dicantumkan: pendidikan S1 hingga S3 serta Profesor. Gelar Haji atau panggilan Kyai Haji. Gelar kebangsawanan: Raden Tumenggung, Adipati dan sesebagainya. Jangan memembuat singkatan yang kurang dikenal umum. RA singkatan raden ayu atau raeden ajeng?
    Keluarga terdiri dari: istri dan anak.

    Profil Kelembagaan Seringkali kita menulis tentang profil lembaga, baik perusahaan swasta, negara, militer atau yang lain. Jangan lupa selalu mendalami profil lembaga tersebut. Anda harus bisa membedakan Perum, Perjan, Firma, CV, NV, atau PT. Anda juga bisa membedakan PT Unilever Tbk, Holding Company, dan jenis perusahaan lain. Profil yang biasanya dibutuhkan dari sebuah lembaga adalah kapan berdiri, siapa pemiliknya, keuntungannya, produksinya apa, lokasi, omset. Tentu saja ada beberapa informasi khusus yang dibutuhkan untuk lembaga tertentu seperti CAR untuk bank, dan lain sebagainya.

    3. Akurasi
    Pencantuman nama harus akurat. Bedakan Djarot dengan Jarot atau Lucki dengan Lucky. Pencantuman singkatan harus dijelaskan. Misalnya Simpedes singkatan Simpanan Pedesaan, Harkitnas adalah Hari Kebangkitan Nasional. Gelar harus jelas. Bedakan antara Dr dengn dr. Dr adalah doktor sedangkan dr adalah dokter.

    4. Kutipan
    Sebuah laporan harus ada kutipan. Sebab kutipan merupakan bumbu tulisan yang akan membuat sajian lebih nikmat. Karena itu sebuah laporan harus ada kutipan dari orang-orang/ sumber yang dihubungi. Kutipan harus menarik bukan kutipan umum. Pancing narasumber agar mau mengatakan hal-hal yang lucu, nyleneh dan kedengaran menyimpang. Untuk mencapai hal itu, wartawan harus berani menanyakan hal-hal yang ''nakal''. Jangan bertanya dengan pertanyaan standar. Pastikan narasumber merasa aman berwawancara dengan wartawan. Biasanya pernyataan yang bersifat segar, seringkali diucapkan sambil lalu atau dalam keadaan kurang sadar. Contoh kutipan standar yang tidak menarik ''Saya memprotes sambutan Menteri yang menghina saya, '' kata Bupati Dompu NTB. Kutipan yang lebih menarik: ''Ucapan Pak Menteri seperti pisau mengiris hati. Kalau bukan Menteri tak tahu apa yang terjadi, '' katanya. Kutipan yang menraik biasanya pendek, langsung mengena dan tidak bertele-tele.

    5. Aspek Visual
    Aspek visual harus dikuasai oleh segenap wartawan Gatra. Wartawan Gatra harus membiasakan diri membuat tabel, denah, flowchart yang diperlukan untuk memperjelas peliputan. Laporan yang bisa dibuat tabel jangan justru ditulis atau sebaliknya. Misalnya PT Gardu Mati mendapat keuntungan Rp 2,5 milyar (1999), setahun kemudian untung Rp 2,6 milyar sedangkan tahun berikutnya naik lagi menjadi Rp 2,8 milyar. Berkutnya (2002) keuntungan justru melorot Rp 1, 8 milyar. Ada keungkinan tahun 2003 akan meningkat lagi menjadi Rp 1,9 milyar. Kalimat yang begitu panjang itu sebenarnya bisa dibuat tabel dengan cara yang mudah:
    Kalau memang bisa dibuat dengan mudah mengapa dipersulit? Hal itu juga berlaku dengan deskripsi tempat terjadinya peristiwa (TKP) Contoh soal tentang pembunuhan di sebuah rumah.

    Ada reporter yang menulis demikian:
    Pencuri masuk dari pintu dapur kemudian mendapati Siregar tengah duduk di dalam ruang tamu. Ketika mendengar Siregar mendehem, pencuri kaget dan memukul kepala Siregar dengan keras. Kamar terjadinya pembunuhan itu berada di sebelah selatan ruang perpustakaan. Sedangkan di bagian timur TKP ada dapur yang penuh darah. Oh ya, TKP itu berada di lantai atas yang memakai kayu. Untuk naik ke atas, pencuri harus menaiki tangga bambu yang sudah reot. Dari penjelasan itu bisakah Anda membayangkan dimana TKP dengan mudah? Sangat mudah untuk menjelaskan tempat dengan gambar. Buatlah denah supaya lebih mudah dipahami.

    6. Keunikan Laporan
    Ini adalah kunci daya tarik sebuah tulisan. Laporan Anda tidak pernah akan menarik jika bercerita hal yang biasa-biasa saja. Contoh cerita biasa:
    Para pemain Indonesia tertawa kegirangan setelah mereka mengalahkan tim bulutangkis Malaysia dalam perebutan piala Thomas di Jakarta, Rabu pekan lalu. Sebaliknya pemain Malaysia menangis. Bukan saja karena kalah, tetapi karena mereka merasa dipecundangi oleh wasit dan hakim garis yang sebagian besar dari Indonesia....

    Hampir semua wartawan meliput kegembiaraan pemain Indonesia yang juga disiarkan secara langsung oleh televisi. Jika Anda wartawan yang sedang meliput pertandingan itu, apakah akan ikut terjebak dalam keramaian itu? Jawabnya adalah tidak harus. Anda harus memfokuskan peristiwa mana yang unik dan belum tergali.

    Seorang wartawan yang cerdas tidak akan meliput kegembiraan pemain Indonesia karena semua sudah disiarkan televisi. Tapi dia mesuk ke kamar tim Malaysia dan menyaksikan kesedihan dan umpatan mereka kepada panitia Indonesia. Apalagi, ternyata pemain Malaysia tidak mau menerima medali perak di lapangan. Maka terpaksa panitia mengalungkan medali di dalam kamar ganti. Peristiwa yang tersembunyi ini pasti lebih menarik untuk diikuti dibandingkan dengan gebyar-gebyar pemain Indonesia.
    Artinya selama meliput, fokuskan dengan peristiwa-peristiwa yang unik dan menarik.

    7. Fokus Dengan Angle
    Seorang wartawan yang belum berpengalaman akan menulis sedemikian banyak tapi tidak terarah. Contohnya begini. Seorang wartawan diminta melaporkan pengepungan TNI terhadap GAM di Aceh. Angle yang diminta: perbandingan kekuatan TNI dan GAM di lapangan.
    Wartawan tersebut kemudian mengirim laporan sampai puluhan lembar ke Gatra di Jakarta. Sekilas laporan itu tampak lengkap. Tapi penulisnya benar-benar kecewa. Karena laporan yang banyak itu ternyata melebar kemana-mana. Wartawan tersebut sebenarnya bermaksud mengembangkan berita. Namun dia kesasar dengan mengumpulkan informasi yang nilaianya tak lebih dari sampah.

    Harus dibedakan antara membuat laporan ngawur dengan mengembangkan berita. Yang disebut mengembangkan berita adalah memperluas informasi dengan laporan-laporan yang relevan. Sebagai wartawan Gatra, Anda harus memfokuskan diri dengan angle. Jika anglenya adalah kekuatan TNI dan GM, maka yang dicari tentu deskripsi tentang kekuatan masing-masing pasukan di lapangan. Deskrisikan pula jenis senjata, keampuhannya, dan segala hal tentang pasukan.

    8. Pisahkan Laporan Sendiri Dengan Kutipan Koran
    Penyakit mencampuradukan liputan sendiri dengan kutipan di koran, biasanya terjadi pada wartawan yang tidak percaya diri. Dia kadang takut laporannya dinilai kurang lengkap. Maka dia menambalnya dengan informasi di koran.
    Sebenarnya cukup penulis (penanggungjawab rubrik) yang mengliping koran. Reporter membaca kliping bukan untuk dicontek menjadi laporan. Kliping itu dipahami agar reporter bisa mengembangkan peliputannya di lapangan. Pastikan laporan Anda selalu asli, original, liputan sendiri. Bukan contekan!

    9. Bekerja Satu Tim
    Setiap reporter harus menyadari bahwa berita dihasilkan melalui sebuah kerjasama antar reporter, atau reporter dengan penulisnya. Reporter tidak hanya mengerjakan tugasnya sendiri tanpa memperhatikan reporter dalam satu tim. Komunikasi antar reporter dalam satu penugasan harus terus berlangsung.

    *Diambilkan dari materi pendidikan reporter Majalah GATRA

    Related Posts :



0 komentar:

Leave a Reply

Bookmark and Share

Recent Comment


ShoutMix chat widget

Random Post