• Koperasi Ace Hardware - Cooperative Corporation

    Majid Hamidi Nanlohy



    Koperasi Berwajah Korporasi
    Koperasi Ace Hardware telah berkembang menjadi sebuah korporasi yang mendunia. Di mulai dengan sebuah toko kecil di Chicago, kini Ace Hardware telah merambah ke banyak negara termasuk Indonesia.

    Anda mungkin termasuk yang tidak asing dengan Ace Hardware, ritel perkakas yang sangat terkenal itu. Di kota-kota besar Indonesia, Ace Hardware relatif mudah ditemui, karena memiliki 42 gerai, yang tersebar di berbagai provinsi.

    Ace Hardware, dengan markas utama di Oak Brook, Illinois, Amerika Serikat (AS), memang telah menjelma menjadi jaringan ritel perkakas kelas dunia. Selain di Indonesia, gerainya sudah merambah di lebih dari 60 negara. Mulai dari Asia Tengah sampai Inggris, dan dari Indonesia sampai Meksiko. Dengan total lebih dari 5 ribu gerai di seluruh dunia, Ace Hardware mencetak total volume usaha lebih dari 3 miliar dolar AS per tahun.

    Di setiap negara, termasuk Indonesia, Ace Hardware hadir tak ubahnya sebuah korporasi biasa biasa. Padahal, sejatinya, perusahaan raksasa ini adalah koperasi.

    Bentuk badan
    Dalam list koperasi 300 koperasi global 2008 yang dilansir International Cooperative Alliance (ICA), Ace Hardware duduk diurutan ke 66.

    Sejarah terbentuknya Koperasi Ace Hardware, sangat unik. Mulanya, adalah perusahaan ritel biasa (bukan koperasi), yang digagas oleh empat pengusaha, yaitu Richard Hesse, E. Gunnard Lindquist, Frank Burke dan Oscar Fisher pada 1924, di Chicago. Dalam gagasan itu, mereka merasa perlunya mengorganisir para suplayer secara solid. Namun, baru pada 1928 gagasan tersebut terwujud, ditandai dengan berdirinya Ace Hardware.

    Setelah berjalan 45 tahun, tepatnya pada 1975, Ace Hardware melakukan perubahan organisasi secara dramatis, menjadi koperasi. Kantor pusatnya, pindah ke Oak Brook, sampai sekarang. Prinsip dasar koperasi yang diterapkan antara lain, setiap pemilik gerai, adalah anggota. Mereka menjalankan gerainya secara otonom, kecuali untuk hal tertentu seperti standar produk, pelayanan sampai desain gerai, yang harus patuh pada standar Ace Hardware.

    Dengan berhimpun dalam koperasi, anggota Ace Hardware bisa memperoleh suplai barang dengan harga lebih murah, karena pembeliannya dilakukan secara bersama. Keuntungan dari pembelian bersama yang diperoleh koperasi pun, masih dibagikan kepada anggota secara proporsional. Anggota juga diuntungkan dengan iklan, bantuan teknis dan berbagai bentuk dukungan dari koperasi.

    Sejak itu, jaringan Ace Hardware berkembang pesat, hingga seperti sekarang. Pengelolaan bisnisnya, benar-benar dilakukan secara profesional, antara lain dengan menerapkan standar sistem operasi secara ketat, dan sangat memperhatikan kebutuhan serta kepuasan pelanggan gerai.

    Karena Koperasi Ace Hardware sudah sangat besar, maka untuk menjadi anggota tidak lagi mudah. Calon anggota harus menyediakan dana cukup besar. Biaya aplikasi saja sudah 5 ribu dolar AS, dan simpanan sebagai saham 5 ribu dolar AS juga.

    Sedangkan modal untuk memulai sebuah gerai, minimal 740 ribu dolar AS. Modal sebanyak itu, 250 ribu dolar AS di antaranya disediakan calon anggota, sedangkan 390 ribu dolar AS merupakan pinjaman dari Ace Hardware. Modal tersebut, belum termasuk kepemilikan atau sewa gedung, yang lokasi dan luasnya harus memenuhi standar Ace Hardware.

    Setelah menjadi raksasa ritel di tanah kelahirannya, AS, Ace Hardware masih terus melebarkan sayap bisnisnya, de­ngan melakukan ekspansi di berbagai negara. Dan, seperti koperasi lain yang skala usahanya sudah meraksasa terutama di AS, Ace Hardware pun kemudian lebih banyak bergerak sebagai korporat (perusahaan biasa). Tidak ada informasi lebih lanjut, sejauh mana, misalnya, prinsip-prinsip koperasi dijalankan, ketika koperasi ini bergerak menjalankan bisnisnya di negara lain.

    Namun, dengan menjalankan sistem franchise, Ace Hardware memang memberi kesempatan kepada pemodal di manapun, untuk memiliki gerai sendiri, lengkap dengan brand dan standar pelayanan Ace Hardware yang sudah men­dunia. Di Indonesia, misalnya, Ace Hardware berkibar dengan PT Ace Hardware Indonesia, yang sebagian besar (60 per­sen) sahamnya dimiliki PT Kawan Lama.

    Selain menawarkan sistem franchise untuk merangkul pengusaha lokal, keberhasilan gerai Ace Hardware di berbagai negara, juga didukung oleh strategi yang jitu dalam mengikutsertakan berba­gai produk lokal. Sampai akhir 2008, de­ngan cakupan operasional di lebih dari 60 ne­gara, Ace Hardware mempekerjakan le­bih dari 100 ribu orang.

    Mendamba Koperasi Multinasional
    Dalam jagat koperasi ritel secara global, saat ini Ace Hardware merupakan salah satu koperasi ritel terbesar di dunia. Koperasi ritel lain yang sudah mendunia, adalah perkulakan Makro asal Belanda. Lantas, mengapa sekarang koperasi-ko­perasi ini lebih memperlihatkan wajahnya sebagai korporasi ketimbang koperasi, terutama ketika beroperasi di negara-negara lain?

    Sudah pasti, ada alasan rasional di balik semua itu. Bisnis, memang kerap menuntut langkah cepat yang ringkas dan efisien, tanpa ampun. Lagi pula, kalau koperasi sudah menjelma menjadi bisnis raksasa, jelas tidak mudah bagi orang lain yang akan bergabung menjadi anggota baru. Sebab, sebagai calon pemilik, tentu saja ia harus menyetor simpanan atau saham, yang nilainya disesuaikan dengan aset koperasi. Atau, mungkin, bisa saja koperasi melepas sahamnya seperti perusahaan publik, sambil mencari metode lain agar koperasi tetap berbeda dengan perusahaan publik biasa.

    Karena menyentuh kebutuhan orang banyak, koperasi ritel memang termasuk yang memungkinkan dibentuk secara lintas negara, atau multinasional, seperti Multinational Corporation (MNC) pada perusahaan swasta. Koperasi multinasional sebetulnya sudah ada, yaitu Coop Norden. Koperasi konsumen ini beroperasi sebagai koperasi murni di tiga negara, yaitu Norwegia, Swedia dan Denmark.

    Namun, prosesnya tidak dalam bentuk ekspansi sebuah koperasi, melainkan hasil merger koperasi konsumen besar di setiap negara bersangkutan, yang terjadi pada 2002, yaitu yaitu NKL (Norwegia), The Swedish Co-operaive Union (KF) dan FDB (Denmark).

    Jika di Indonesia ada koperasi ritel yang kuat, hal serupa mungkin bisa dilakukan dengan koperasi ritel yang masuk ke negeri ini, seperti Koperasi Ace Hardware dari AS. Meskipun, prosesnya tidak akan sederhana. (Oleh Husni Rasyad)

    Related Posts :



0 komentar:

Leave a Reply

Bookmark and Share

Recent Comment


ShoutMix chat widget

Random Post