• Koperasi Koperasi Karyawan Sari Bhakti (Kopsarbak) Bogasari

    Kini paradigma koperasi tidak semata menonjolkan sifat sosialnya tetapi dituntut menciptakan profit. Namun, tanpa melunturkan wataknya. Pengurus layak memiliki keduanya, baik ilmu bisnis maupun perkoperasian.

    Pengurus yang berwawasan bisnis akan melahirkan inovasi dan kreasi cemerlang, sedang pemahamannya terhadap perkoperasian membuat langkahnya tetap dalam koridor prinsip-prinsip dan jati diri koperasi. Jika pola ini diterapkan, niscaya tidak ada lagi koperasi amburadul atau bangkrut. Kunci kesuksesan lainnya, mempunyai kejujuran dan bertanggung jawab.

    Koperasi yang telah dapat mengimplementasikan hal tersebut, salah satunya Koperasi Karyawan Sari Bhakti (Kopsarbak). Meski banyak menghadapi tantangan, koperasi di lingkungan PT Indofood Sukses Mak¬mur Tbk, divisi Bogasari ini mampu bertahan, bahkan berkembang. Hasilnya, koperasi pun mampu berkontribusi terhadap kesejah¬teraan anggota.

    Koperasi yang di dirikan pada 18 Agustus 1981 dalam mencapai misinya itu, diimplementasikan melalui beragam kegiatan usaha. Antara lain melayani kebutuhan sembako melalui waserda, membantu kesulitan keuangan dengan beberapa jenis pinjaman dan memfasilitasi kegiatan usaha anggota melalui pinjaman produktif.

    Apa yang dilakukan tersebut, sejalan dengan misi koperasi yang bertujuan mencetak banyak anggota menjadi entrepreneur. Mengi¬ngat salah satu ukuran keberhasilan koperasi adalah bisa memfasilitasi anggota untuk melakukan usaha. Dengan demikian, amanat menyejahterakan anggota itu benar-benar mampu diwujudkan oleh koperasi, disamping sisa hasil usaha (SHU) yang dibagikan setiap tahun.

    Selain pinjaman koperasi juga melayani bermacam simpanan, seperti simpanan sukarela, deposito berjangka dan simpanan pendidikan. Dari aktivitas ini pun dapat dilihat seberapa besar partisipasi anggota terhadap koperasinya. Makin banyak anggota menyimpan, makin besar pu¬la koperasi memiliki modal murah yang bisa disistribusikan lagi pada anggota lain yang membutuhkan. Usaha lainnya adalah Wartel, penyewaan tempat usaha dan cafetaria.

    Menurut Ketua Umum Firdaus Bustaman, yang melandasi koperasi dapat menuai keberhasilan karena didasari dengan beberapa kiat. “Kunci suksesnya itu terletak pada tiga pilar yang saling mendukung, yakni pengurus, anggota, para pengelola serta dukungan dari perusahaan. “Tanpa adanya rasa kebersamaan dan saling bersinergi, di antara tiga pilar dan manajemen yang memperlakukan kami ini sebagai mitra, mustahil koperasi ini mampu tumbuh dengan baik,” jelasnya.

    Bukti dukungan partisipasi anggota yang berjumlah 2.160 orang itu, dapat dilihat dari disetujuinya kenaikan simpanan wajib dan simpanan pokok. Tepatnya pada RAT tahun buku 2003 telah menetapkan kenaikan simpanan pokok sebesar 100%, dari Rp 25 ribu menjadi Rp 50 ribu. Demikian simpanan wajib naik dari Rp 20 ribu menjadi Rp 25 ribu. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan jumlah modal sendiri/ekuitas yang terbukukan mencapai Rp 6,3 miliar.

    Adapun simpanan-simpanan lain seperti deposito, simpanan suka rela dan simpanan khsusus juga terus mengalami peningkatan setiap tahun. Misalnya, deposito dari Rp 15 miliar lebih pada tahun buku 2006 naik menjadi Rp 16 miliar lebih. Simpanan sukarela dari Rp 1,5 miliar lebih menjadi Rp 1,6 miliar dan simpanan khusus yang tahun buku sebelumnya nihil, pada tahun buku 2007 telah terbukukan senilai Rp 327 juta lebih.
    Terciptanya kondisi tersebut, tidak lain mereka telah memahami cara-cara berkoperasi yang benar. Berkat adanya pendidikan yang dijalankan oleh kopkar pada anggota. Yang berarti pengurus telah menyadari betapa pentingnya memberikan wawasan tentang perkoperasian pada anggota. Itu berkat keaktifan pengurus menjalin sinergi dengan gerakan koperasi. Semisal bila diundang rapat atau lokakarya tentang perkoperasian oleh sekundernya Puskopkar selalu hadir. Ini berbeda dengan kebanyakan pengurus koperasi di masa lalu yang justru ‘membodohkan’ anggota dengan maksud-maksud tertentu.

    Salah satu indikator koperasi dikatakan sehat dapat dilihat dari meningkat tidaknya laporan keuangannya. Demikian kondisi keuangan Koperasi Sari Bhakti, mampu meningkatan prestasinya dari tahun ke tahun. Faktanya, koperasi beralamat di Jalan Raya Cilincing No 1 Tanjung Priuk Jakarta Utara ini, per 31 Desember 2007 telah membukukan total aktiva Rp 25 miliar, atau meningkat Rp 2 miliar dibanding tahun 2006Rp 23 miliar. Peningkatan grafik tidak dipungkiri berkat terjalinnya kerja sama yang baik antara anggota, Anggota Perwakilan Koperasi Sari Bhakti (APKSB), Pengawas, Pengurus, dan Pengelola.

    Unit simpan pinjam hingga kini masih menjadi primadona. Tak khayal, jika unit usaha ini berkontribusi pendapatan sekitar 96% dari total pendapatan, atau mencapai Rp 2,9 miliar. Setelah dipotong beban operasional sebesar Rp 1,9 miliar, koperasi berhasil mengantongi laba kotor Rp 1 miliar.

    Untuk merangsang kinerja dengan optimal, koperasi yang diperkuat dengan 8 orang karyawan juga setiap tahun meningkatkan kesejahteraannya.

    Terhadap kontribusi pendapatan pe¬merintah, koperasi ini juga setiap tahun selalu menunaikan kewajibanya membayar pajak. Tahun buku 2007 membayar pajak Rp 174 juta, atau turun dari tahun buku sebelumnya Rp 244 juta. Hal ini siring menurunya pendapatan dikarenakan pengurus menerapkan kebijakan menurunan suku bunga pinjaman dari 14% menjadi 13%, serta menaikkan suku bunga simpanan dari 9% menjadi 10%.
    SHU setelah pajak pada tahun buku 2007 sebesar Rp 605 juta atau Rp 75 juta dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 680 juta.

    Related Posts :



0 komentar:

Leave a Reply

Bookmark and Share

Recent Comment


ShoutMix chat widget

Random Post