• KUD Maayaan Minahasa Selatan - Sulut

    Sebetulnya untuk mencapai lokasi unit bisnis dan kantor koperasi ini, tidak sulit. Yang jelas dari Kota Manado, lebih kurang memakan waktu tempuh 4 jam dengan kendaraan pribadi. Selama perjalanan melintasi jalur trans Sulawesi, menyusuri pesisir serta pedalaman, cukup mengasyikkan. Maksudnya, tak lain sedekat dan sejauh mata memandang, hutan kelapa kopra senantiasa mengelebat di kanan-kiri jalanan.

    Terpaan kerasnya angin makin terasa, bila kita akan memasuki Desa Tombatu Tiga, Kecamatan Tombatu tempat keberadaan KUD Maayaan. Kecamatan ini tingkat huniannya terpadat dibanding 14 kecamatan lainnya di Minahasa Selatan. Yang pasti daerah ini dikenal sebagai penghasil kopra terbesar di Sulawesi Utara. Buktinya, acapkali mobil harus berhenti jika pekebun kopra sedang memetik dan puluhan buahnya berjatuhan menghalangi jalanan.

    Sebagaimana sebagian KUD di sejumlah daerah, koperasi ini di masa lalu termasuk salah satu yang ‘dimanja’ dengan berbagai macam fasilitas pemerintah. Dari kemudahan mendapatkan alokasi pupuk, alat mesin pertanian, sarana produksi tani hingga sejumlah skim kredit khusus untuk para anggota koperasi. Era pemanjaan itu berakhir sudah. Tidak ada lagi berbagai perlindungan dari pemerintah buat KUD. Sebagian KUD mati, tinggal papan nama hingga hidup segan mati tak mau.

    Sekadar perbandingan, sejumlah KUD di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, bermetamorfosis dengan cara lebih mengandalkan unit simpan pinjam (USP). Atau memisahkan USP-nya menjadi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) serta bersifat otonom. Ada juga hal ini dilakukan dengan bekerjasama dengan pihak ketiga.

    Kembali ke KUD Maayaan, koperasi ini juga mengalami kondisi yang sama. Maksudnya, ia harus merumuskan ulang perannya di tengah anggota dan warga masyarakat sekitar. Apalagi kondisi secara obyektif, beberapa unit usaha koperasi beranggotakan 357 orang ini tidak terlalu menggembirakan. Unit usaha waserda volume usahanya hanya Rp 2, 4 juta pada 2003 dan menjadi Rp 1,2 juta pada 2004.

    Lalu unit jasa pertukangan, kinerjanya juga seperti berjalan di tempat. Karena pada akhir 2004 volumenya tercatat Rp 3,6 juta. Sedangkan pada akhir 2005 volume usahanya menurun menjadi Rp 2,4 juta.

    Tak jauh berbeda volume usaha rice milling unit (RMU). Di tahun 2004 mencatat volume senilai Rp 3,6 juta. Tetapi sampai akhir 2005, pencapaian volumenya juga menurun menjadi sekitar Rp 2,9 juta.

    Namun demikian, segenap pengurus KUD Maayaan tidak mau hanya bertopang dagu atau merenung saja. Tak lain karena sejak per­tengahan 2005, para pengurus bahu membahu dengan para anggota mencoba menggarap peluang baru. Konkritnya, memulai menggergaji kayu-kayu pohon kelapa tua yang sudah tidak produktif menjadi lem­baran-lembaran kayu.

    Ekspor Kayu
    Desingan bunyi ketiga mesin penggergaji kayu itu sangat meme­kakkan kuping. Apalagi, kayu kelapa dikenal jenis tanaman keras yang paling keras. Sekadar perbandingan, kayu jati dan meranti pun masih kalah keras. Wajar saja, kalau bunyi mesin kayu (sawmill) itu juga sangat kuat.

    Selain itu, dibandingkan pengerjaan secara manual atau tenaga kerja manusia, pemotongan menjadi lembaran-lembaran kayu dengan mesin juga lebih cepat dan efisien. Hingga akhir Oktober 2006, menurut Ketua KUD Maayaan H Kindangen, pihaknya telah menginvestasikan mesin-mesin pembelah kayu itu sekitar Rp 75 juta.

    Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan pertengahan Oktober 2006 disebutkan, volume usaha penggergajian kayu kelapa ini sudah mencapai angka sekitar Rp 203 juta lebih. Bila dibandingkan dengan pencapaian unit-unit usaha yang lain di KUD Maayaan, unit ini jelas memiliki prospek yang mungkin tidak bisa dibilang kecil.
    Sementara itu koperasi menargetkan, hingga akhir 2007 ekspor lempengan kayu kelapa setebal sekitar 2 cm ini bisa mencapai sekitar Rp 500 juta. Yang pasti sampai akhir 2006, ekspor ke Malaysia bisa dilakukan berkat kerja sama dengan mitra usaha dengan pihak Kim Teck Lee Timber Trading SDN Berhad di Negara Bagian Selangor.

    Bagaimana perkembangan unis bisnis penggergajian kayu oleh KUD Maayaan ini selanjutnya? Orang bakal terus memantau dan menunggu kinerja strategis mereka. Tidak berlebihan bila disebutkan, unit ini bisa menjadi tumpuan koperasi tetap berperan dan bertahan ke depan.

    Menjaga Modal Sendiri
    Melihat keragaan unjuk kerja bidang keuangan koperasi ini, bisa dikatakan cukup baik. Kontribusi besar unit penggergajian kayu, sangat terlihat pada sisi pendapatan koperasi. Buktinya, terhitung akhir 2004 pendapatan koperasi masih tercatat Rp 11,074juta. Sementara sampai akhir 2004 pendapatan koperasi melonjak menjadi Rp 208, 591 juta.

    Yang pasti hingga akhir 2005, nilai aset koperasi ini mencapai Rp 1,407 miliar. SHU atau sisa hasil usaha koperasi yang dibagikan pada 2005 terhitung sebesar Rp 6,794 juta. Lalu likuiditas koperasi ini juga relatif kuat, yaitu mencapai 108,39 persen. Hal ini disebabkan modal sendiri koperasi yang sejumlah Rp 1,059 miliar masih jauh besar dibanding modal luar koperasi yang sekitar Rp 268 juta pada posisi akhir 2005.
    Boleh jadi melihat kinerja koperasi yang relatif sehat dan berani mengambil peluang sekecil apa pun inilah, pihak Kementerian Negara Koperasi dan UKM pada tahun 2004 membantu KUD Maayaan. Bentuknya, bantuan kredit dana bergulir sektor agrobisnis sebesar Rp 1 miliar. Namun demikian, pengelolaan dana tersebut menurut salah seorang pengurus koperasi, baru terealisasi pada tahun 2006. Oleh pihak KUD Maayaan, bantuan kredit dana bergulir tersebut pelaksanaannya dilakukan dengan cara membentuk Koperasi Simpan Pinjam Maayaan.

    Dari sisi potensi sumber daya manusia, keanggotaan koperasi ini ternyata didominasi oleh anggota berpendidikan SMA yang men­capai 217 orang dari 357 total ang­gota koperasi hingga akhir 2005. Selebihnya, yaitu 30 orang anggota merupakan lulusan S1 dan 4 orang lulusan D3.

    Pengurus koperasi menjelas­kan, penambahan jumlah anggota ko­perasi selalu berdasarkan ke­giatan usaha yang akan dikem­bangkan koperasi. Dalam kaitan ini perlu ditambahkan, sebagian besar wilayah KUD Maayaan merupakan areal perkebunan kelapa yang luas. Dan sebagain besar areal perkebunan ini dimiliki oleh anggota masyarakat setempat.

    Itu sebabnya pengurus melalui forum rapat pengurus sebulan sekali, antara lain memutuskan koperasi akan mengembangkan produksi dan pemasaran arang kelapa. Termasuk produksi dan pemasaran sabut kelapa.***

    Related Posts :



0 komentar:

Leave a Reply

Bookmark and Share

Recent Comment


ShoutMix chat widget

Random Post