• KSP Bersehati Minahasa - SUlut

    Sungguh tidak mudah, menghilangkan penilaian negatif yang terlanjur dialamatkan kepada sebuah lembaga. Anda tidak percaya? Mari kita lihat secara obyektif eksistensi koperasi pedesaan satu ini. Sebab, suka atau tidak hingga hari ini keberadaan sebuah KUD masih menjadi sasaran kecaman berkonotasi negatif.

    Namun demikian, pengecualian terhadap perkembangan KUD yang mengindikasikan perkembangan ke arah positif juga tetap ada. Ambil contoh sejumlah KUD di Provinsi Bali, mereka masih tetap eksis karena beker­jasama secara serius dengan lembaga adat desa seperti banjar maupun institusi adat terkait pengairan sawah atau subak.

    Sedangkan beberapa KUD di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, juga masih tetap beroperasi relatif sehat. Caranya, sebagian dari mereka mendirikan USP, memilih bekerjasama dengan Bank Bukopin serta mem­buat independen lembaga keuangan mikro baru bernama swamitra yang secara manajemen keuangan terpisah dari KUD yang mela­hirkannya.

    Khusus perjalanan keberadaan KUD di daerah Sulawesi Utara, ter­nyata ditemukan fakta yang sedikit berbeda. Contoh kasus yang signi­fikan adalah eksistensi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bersehati di Kelu­rahan Talikuran, Kecamatan Kawangkoan, Kabupaten Minahasa. Menga­pa demikian? Karena cikal bakal koperasi ini, semula merupakan unit Tempat Pelayanan Simpan Pinjam (TPSP) dari KUD Kawangkoan yang didirikan pada 1 Agustus 1996.

    Yang cukup menarik, keberadaan TPSP tersebut sejak awal peng­operasiannya baik aspek manajemen maupun keuangan sudah bersifat otonom alias terpisah dengan KUD Kawangkoan sebagai induk. Penyebab utamanya, karena operasional TPSP pengawasannya berada langsung di bawah kendali pihak Bank Rakyat Indonesia (BRI). Hal ini sesuai dengan perjanjian kesepahaman antara Bank Rakyat Indonesia dengan Depar­temen Koperasi saat itu.

    Ternyata dalam perkembangan usahanya lima tahun pertama, pertumbuhan unit pelayanan simpan pinjam ini menunjukkan kinerja yang baik dan sehat. Mencermati perkembangan positif ini, sejumlah anggota dan pengurus koperasi mengajukan usulan segar.

    Persisnya pada Januari 2001, sebanyak 397 anggota TPSP serta sejumlah pengurus koperasi me­mu­tuskan unit ini memisahkan diri dari manajemen KUD Kawang­koan. Nah, lembaga yang ‘bercerai secara baik-baik’ ini menamakan diri dengan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bersehati. Pihak perangkat kelurahan, kecamatan dan dinas koperasi kala itu menjadi saksi dari pemisahan kelembagaan tersebut.

    Bersamaan dengan itu, forum rapat anggota juga sekaligus memilih kepengurusan dan badan pengurus KSP Bersehati. Termasuk mengajukan perubahan status kelembagaan badan hukum koperasi menjadi bernomor 2395/BH-Kop/ 2001 tertanggal 9 Maret 2001.

    Secara sederhana KSP ini menggariskan visi ingin menjadi pilihan utama untuk memenuhi kebutuhan segi permodalan yang dibutuhkan ma­sya­rakat. Bagaimana caranya? Koperasi juga dipandu dengan misi kelem­bagaan, terutama untuk memberikan pelayanan kepada anggota koperasi dan nasabah koperasi dengan mudah, cepat dan tepat.

    Selain itu, para anggota dan pengurus sama-sama bertekad mening­kat­kan kesejahteraan anggota koperasi dan warga masyarakat pada umum­nya. Tak ketinggalan koperasi bermaksud mewujudkan proses de­mokrati­sasi ekonomi melalui wadah lembaga bernama koperasi. Pada gilirannya hal ini diharapkan dapat menyumbang membangun tatanan perekonomian nasional baru, terkait mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur.

    Potret Keuangan
    Berdasarkan dokumen RAT maupun neraca tiga sampai empat tahun terakhir, KSP Bersehati memiliki kinerja keuangan sebagai berikut. Ambil contoh mengenai aspek pinjaman yang diberikan koperasi, dari tahun 2002 hingga 2005 menunjukkan tingkat stabilitas yang cukup terjaga. Maksudnya, nilainya tidak terlalu fluktuatif.

    Hingga akhir Desember 2003, nilai pinjaman yang diberikan koperasi mencapai Rp 1,065 miliar. Se­dangkan pada akhir Desember 2004 nilainya mengalami peningkatan men­jadi sebesar Rp 1,383 miliar. Sementara sampai posisi pembukuan per akhir Desember 2005, besar­nya kredit yang dikucurkan kope­rasi ini mencapai senilai Rp 1,157 miliar. Boleh dikatakan berdasarkan neraca koperasi yang ditan­datangani oleh ketua Max B Mioyo, bendahara Helmy Lomboan serta benda­hara Sintia Supit, pencairan pin­jaman koperasi ini masih mempertimbangkan prinsip kehati-hatian yang terus menjadi pegangan.

    Di sisi lain, pendapatan koperasi dari tahun ke tahun faktanya menunjukkan pertumbuhan yang juga bersifat wajar atau alamiah. Ambil contoh pada posisi akhir 2004, pendapatan koperasi mencapai sekitar Rp 172 juta. Kemudian sampai akhir tahun buku 2005, koperasi meraih pendapatan senilai Rp 250 juta.

    Seperti halnya tingkat pinjaman maupun penda­patan, kinerja modal sendiri koperasi juga memper­lihatkan fluktuasi yang masih di batas kewa­jaran. Buktinya, pada akhir 2003 pendapatan lembaga usaha ini tercatat Rp 438 juta. Sedangkan pada tahun berikutnya atau 2004, modal sendiri koperasi turun menjadi Rp 405 juta. Namun pada tahun 2005 modal sendiri koperasi kembali men­capai peningkatan atau menjadi senilai Rp 440 juta.

    Begitu juga terkait aset koperasi, mengalami pasang surut yang tidak mencolok. Buktinya, pada akhir 2003 aset koperasi mencapai Rp 1,215 miliar. Kemudian hingga akhir 2004 aset koperasi ini tercatat Rp 1,520 miliar. Sementara sampai akhir tahun 2005 asetnya menjadi agak menurun atau sekitar Rp 1,321 miliar.

    Anggota Rajin Mengangsur
    Bagaimana pun salah satu tolok ukur sebuah koperasi yang sahih, antara lain pastilah tanggapan para anggota terhadap koperasinya. Berikut ini sejumlah respon anggota KSP Bersehati terkait keberadaan lembaga usaha ini baginya.

    Dua orang anggota koperasi, masing-masing bernama Herce Mangare, 32 tahun, seorang karyawan swasta dan Chynthia Lomboan, 29 tahun yang juga seorang pegawai swasta. Kedua responden senada mengungkapkan, menjadi anggota koperasi sangat menguntungkan. Chynthia menambahkan, di matanya kinerja koperasinya sudah baik. Meski begitu, sebagai anggota ia juga selalu bersikap proaktif dalam rapat koperasi terutama di forum rapat anggota tahunan.

    Ditanya mengenai topik apa saja biasanya ia memberikan pendapat, ia mengatakan terutama menyangkut aspek kepengurusan dan nasib karyawan koperasi. Selain itu, perempuan kelahiran Bumi Tinutuan ini me­nandaskan mengenai segi-segi laporan keuangan dirinya juga selalu memberikan pembahasan ekstra hati-hati.

    Bukan hanya di forum rapat anggota tahunan saja dia bersikap pro­aktif. Sebab di luar acara itu alias dalam keseharian, wanita berpeng­hasilan lebih dari Rp 1 juta menyatakan selalu menyisihkan dana untuk menabung di koperasinya. Mengapa demikian? Sebab, itulah salah satu bentuk parti­si­pasi aktifnya selaku anggota untuk mengembangkan usaha koperasi. Se­dangkan perwujudan dia memajukan koperasi dan dirinya sendiri, ia juga pernah mengikuti sebuah pendidikan untuk anggota di bidang mana­jemen usaha.

    Responden penelitian yang juga anggota KSP Bersehati bernama Helmy J Lomboan, 35 tahun menyatakan, bentuk upaya dia mengembang­kan koperasinya bukan hanya dengan menabung. Tetapi yang lebih penting, kalau dia meminjam kepada koperasi juga selalu berusaha rajin mengembalikan alias mengangsur pinjamannya.

    Senada dengan Chyntia, Helmy juga mengaku pernah mengikuti beberapa pelatihan atau pendidikan buat anggota. Bedanya, bidang ilmu yang diikutinya adalah menyangkut akuntansi dan perpajakan. Bahkan pelatihan yang diselenggarakan oleh kalangan badan usaha milik negara (BUMN) maupun swasta di bidang pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) pernah diikutinya.

    Helmy menambahkan, salah satu manfaat konkrit menjadi anggota koperasi adalah mendapat pinjaman dari koperasi secara cepat. Selain itu, masih mendapat SHU di setiap rapat anggota tahunan. Meski begitu, ia juga memiliki kritik terhadap koperasinya. Ia menegaskan, sebuah kope­rasi bisa sukses jika para pengurusnya memiliki kinerja yang baik. Se­iring dengan itu, para pengurus harus memiliki sistem pelaporan keuangan yang dilakukan secara transparan.

    Yang jelas, berdasarkan leaflet yang diterbitkan koperasi beranggota 359 orang ini sampai November 2006 sudah meraih sejumlah penghar­gaan. Pertama, periode 1998-2000 saat masih berstatus TPSP, unit koperasi ini terbaik di tingkat nasional menurut penilaian pihak Bank Rakyat Indonesia. Kedua, berturut-turut dari 2001-2004 KSP Bersehati terpilih menjadi KSP Terbaik dan Berprestasi se Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.

    Ketiga, pada 2006 koperasi simpan pinjam ini juga menerima peng­hargaan sebagai KSP Terbaik dan Berprestasi si Provinsi Sulawesi Utara. Keempat, sejak 2002 hingga 2005 KSP Bersehati beberapa kali menjadi tempat magang atau pelatihan para pengurus koperasi se Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo.***

    Related Posts :



0 komentar:

Leave a Reply

Bookmark and Share

Recent Comment


ShoutMix chat widget

Random Post