• KUD Mino Saroyo Cilacap-Jateng

    Satu lagi bukti koperasi yang berakar pada anggota tetap bertahan dari berbagai guncangan. Pengelolaan profesional pengurus dan manajer menjadikan koperasi mampu mengembangkan usahanya. Debit kesejahteraan pun mengalir kepada anggota.

    Mendengar nama Cilacap, angan kita biasanya tertuju pada Pulau Nusakambangan yang terkenal sejak jaman penjajah Belanda menjadi bui para penjahat kelas kakap. Belum hilang ingatan kita saat tsunami melanda pantai selatan Jawa, pulau yang memiliki panjang 36 kilo meter dan lebar 6 kilo meter telah menjadi penyelamat pantai Cilacap. Gulungan ombak berketinggian sekitar 10 meter telah terpecahkan di pulau berbukit itu. Terlindunglah aset-aset besar milik negara, seperti pelabuhan Tanjung Intan, kilang minyak terbesar milik Pertamina, PLTU dan ratusan nyawa dari amukan gelombang pasang. Termasuk miliaran rupiah aset milik KUD Mino Saroyo.

    KUD yang beranggotakan nelayan di pantai Cilacap ini boleh dibilang bernasib mujur dibanding KUD sejenis di Pangandaran dan Parigi, Jawa Barat yang hancur tersapu gelombang. Nampaknya, KUD Mina di pantai selatan Jateng ini walau dari segi usia sudah kepala enam, masih dijinkan berdiri kokoh oleh sang Pencipta.

    Sejarah koperasi tersebut dirintis sejak pendudukan Jepang pada 1942 bernama Gyo-gyo Kumiai, atau lebih tua dari usia bangsa ini. Selanjutnya pada 1958 menjadi primer Koperasi Perikanan Laut (KPL) menyesuaikan dengan Undang-undang Koperasi. bersamaan dengan keluarnya Inpres Nomor 2/1978 KPL beramalgamasi dengan Badan Usaha Unit Desa (BUUD) menjadi KUD dengan badan hukum No 2479/12-67, 6174/a/BH/VI. Badan hukum pun beberapa kali berubah menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Dan, terakhir pada 30 September 1996 dengan Nomor 6174/d/BH/PAD/KWK.11/IX/9.

    Tentu, bukan soal banyaknya umur atau kenyang makan asam garam yang membuat koperasi beranggotakan 8.382 orang ini eksis. Alih generasi (regenerasi) pengelolaan yang terus berjalan yang membuatnya tetap bertahan. Sedang pengayaan pengalaman hanya menjadi salah satu pemicu, sehingga KUD di bibir pantai Teluk Penyu ini pun maju.

    Ketika memasuki usia 64 tahun pada tahun buku 2006 pengabdian untuk membantu anggota khususnya dan masyarakat kota Cilacap umum­nya untuk mengatasi kesulitan hidup terus dilakukan. Berkat kegi­gihan dan mengelola dan penataan manajemen yang dilakukan para pengurus dan pengawas telah membawa hasil, sehingga koperasi perikanan terbesar di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah (Jateng) ini masih tetap eksis hingga kini.

    Kuncinya menurut Hari Jatmiko, Bendahara, pengurus mempunyai beberapa kiat dan strategi. Salah satunya, harus mampu membuat anggota percaya pada koperasinya. Pandai meyakinkan anggota terhadap penting­nya berkoperasi merupakan keahlian pengurus untuk mem­be­sarkan kope­rasi. Pengelolaan usaha yang terus mengalami perkembangan menjadi bukti komitmen menyejahterakan anggota.

    Hasilnya imbuh Hari, kepercayaan anggota terus tumbuh dan koperasi pun utuh. Bahkan ditegaskannya, KUD Mino Saroyo yang turut diawaki­nya menjadi salah satu koperasi yang tidak ikut runtuh tergerus badai krismon akhir 1997 lalu. Berkat telah menerapkan kaidah-kaidah yang benar, sehingga koperasi perikanan di pesisir pantai selatan Jawa ini pun selamat. Tak peduli era pemanjaan dari pemerintah telah berakhir.

    Intinya, pengurus selalu berupaya memberikan pelayanan pada anggota dengan memuaskan. Untuk melayani kebutuhan anggota sehari-hari mudah dan nyaman misalnya, pengurus membaginya dalam tujuh kelompok, yakni kelompok Sentolokawat, Sidakaya, Pandanarang, Tegal katilayu, Lengkong, Donan dan PPSC. Anggota bisa memilih tempat melelang hasil tangkapan di sembilan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).

    Aktivitas
    Unit-unit usaha lain yang dikembangkan untuk melayani anggota yang tersebar di 10 kelurahan di wilayah Kota Cilacap itu di antaranya, unit usaha produksi yaitu memproduksi ikan basah dan es batu. Unit pemasaran meliputi waserda, SPBU, air bersih, voucher ponsel, apotik, unit simpan pinjam, unit penangkapan ikan dan unit usaha jasa di antaranya fish basket, wartel, fotocopy freezing center, listrik dan jasa ambulan. Agar anggota mudah menjual hasil tangkapan, KUD membangun sembilan PTI
    Sarana penunjang lain yang dimiliki KUD Mino Saroyo adalah kapal menangkap ikan bagi anggota seperti armada kapal berbadan besar sebanyak 1.347 unit. Masing-masing berjenis kapal Ex Trwal/Jalur III sebanyak 210 unit dan Kapal Inboard/Jalur II sebanyak 236 unit, compreng mesin 440 unit, jukung mesin 408 unit dan jukung dayung 53 unit. Untuk alat mengalami penurunan jumlah sejak periode 2003. Total armada yang dimiliki pada tahun buku 2003 sebanyak 1.928 unit dan padan tahun buku 2004 sebanyak 1.883 unit. Penurunan jumlah ini menurut pengurus karena adanya kerusakan dan dijual pemiliknya untuk menutupi kebutuhan, karena sejak BBM naik nelayan sering merugi, sementara mau membeli lagi harganya cukup tinggi.

    Walau begitu, kinerja KUD tetap menunjukkan kenaikan yang signifikan. Volume usaha sejak tahun buku 2003 selalu meningkat, dari Rp 64,123 miliar naik menjadi Rp 81,532 miliar pada 2004 dan pada 2005 berjumlah Rp 98,013 miliar. Unit-unit usaha yang mengalami kenaikan yaitu SPBU, penangkapan ikan (long line), USP, voucher ponsel dan apotik.

    Sejak tahun buku 2003 permodalan yang dimiliki KUD Mino Saroyo juga merambat naik. Modal sendiri misalnya dari Rp 3,404 miliar pada ta­hun buku 2003 naik menjadi Rp 3,502 per 31 Desember 2004 dan ber­tambah menjadi Rp 3,645 miliar pada periode 2005. Yang tidak mengalami kenaikan hanya cadangan. Sedang simpanan wajib, simpanan pokok dan donasi menunjukkan peningkatan. Demikian juga SHU tiga tahun bela­kangan naik signifikan, dari Rp 57,7 juta menjadi Rp 80,5 juta tahun buku 2004 dan meningkat lagi per 31 Desember 2005 menjadi Rp 124 juta.

    Kenaikan juga terjadi pada jumlah aset walau pada tahun buku 2004 sempat turun, dari Rp 7,927 miliar pada tahun buku 2003 turun menjadi Rp 7,656 miliar pada 2004 tetapi pada periode 2005 naik menjadi Rp 9,142 miliar.

    Koperasi yang berjalan dalam rel yang benar, walau merupakan badan usaha namun tidak meninggalkan watak sosial. Oleh karena itu, KUD Saroyo Mino juga melaksanakan misi tersebut. Langkah-langkah yang telah ditempuh diantaranya mengajak anggota untuk gemar menabung dengan cara melakukan pemotongan penghasilan sesuai kesepakatan saat melakukan penjualan ikan melalui lelang di TPI. Selain itu mengkoordinir dana-dana nelayan seperti, dana paceklik yaitu dana yang dibagikan ber­ben­tuk beras kepada anggota saat musim paceklik berlangsung. Anggota juga diasuransikan dan mendapat dana sosial. Diantaranya sumbangan kematian, pengobatan, bantuan kecelakaan di laut, bencana alam dan perbaikan sarana lingkungan.

    Untuk lebih meningkatkan pelayanan permodalan terhadap anggota, KUD juga menjalin kerja sama dengan Bank Bukopin dengan membentuk Swamitra. Walau dibentuk belum lama telah menunjukan pertumbuhan lumayan bagus. Sehingga keberadaan lembaga keuangan mikro tersebut sudah dirasakan manfaatnya. Sebab, Swamitra ini telah memiliki pangsa pasar yang jelas, yakni para anggota KUD Mino Saroyo yang berprofesi sebagai bakul ikan basah.

    Swamitra yang didirikan 1 Mei 2005 dengan menginvestasikan modal sekitar Rp 100 jutaan, kini asetnya sudah lebih dari Rp 1 miliar. Per 31 Oktober 2006 telah membukukan sekitar Rp 35 juta SHU. Jumlah pinjaman yang telah digulirkan kepada 396 nasabah per 31 Oktober 2006 mencapai Rp 600 juta lebih. Plafon yang diberikan Rp 1 juta – Rp 50 juta tetapi maksimal kredit yang diberikan baru Rp 30 juta. Semua peminjam adalah para pengusaha mikro dilingkungan nelayan, dengan jangka waktu maksimal dua tahun.

    Bukti Swamitra ini berjalan baik selain menyalurkan pinjaman juga menghimpun dana dari anggota KUD. Jumlah simpanan reguler sebesar Rp 460 juta dan simpanan berjangka Rp 160 juta. Bunga pinjaman sebesar 2 persen per tahun, bunga simpanan 10% dan bunga deposito 12% per tahun. Bukti Swamitra ini eksis, tingkat kemacetan rata-rata hanya 1,5% per bulan.

    Upaya memasyarakatkan Swamitra terhadap anggota KUD dan masyarakat lain, pengelola telah melakukan serangkaian promosi. Seperti menyebarkan brosur, mendatangi calon nasabah door to door atau saat berlangsung event penting di Cilacap. Menurut Nurudin, manajer, keberadaan Swamitra masih harus di perkenalkan pada masyakat dengan getol. Apalagi di kota Cilacap yang tidak begitu luas dan sudah dikepung LKM, baik lokal seperti KSP, BKK, Pegadaian plus bank ucek-ucek atau yang global yakni DSP. Sehingga harus tidak bosan memperkenalkan Swamitra kepada masyarakat, termasuk ke luar wilayah nelayan.

    Sistem jemput bola dan pelayanan yang mudah dan cepat merupakan kunci membesarkan unit usaha otonom KUD ini. Upaya tersebut dilakukan dengan mendekatkan pelayanan pada anggota. Nelayan anggota KUD Mino Saroyo yang berpencar di sembilan tempat, kas pelayanan juga didekatkan pada mereka. Tahap awal telah membuka kas Swamitra pembantu di TPI Lengkong dan TPI Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap (PPSC).

    Penghargaan
    Bukti KUD Mino ini berprestasi sejak 1987 telah menjadi koperasi terbaik tingkat kabupaten hingga Nasional pada 1999 dan prestasi itu kembali diraih pada 2006. Inilah penghargaan yang pernah diraih atas kinerja selama ini. Sebagai koperasi terbaik tingkat kabupaten Cilacap 1987, tahun berikutnya menggondol juara satu lomba koperasi terbaik se-Cilacap. Tahun 1989 menjadi koperasi terbaik dalam lomba gerakan koperasi tingkat kabupaten Cilacap. Juara III tingkat provinsi Jateng dan pada 1990 sebagai koperasi mandiri. Pada 1991 kembali menjadi koperasi terbaik se-Cilacap, masih dalam tahun yang sama sebagai anggota bank Bukopin. Pada 1993 sebagai kelompok tani nelayan terbaik nasional.

    Pada 1995 sebagai juara II KUD terbaik tingkat Kabupaten Cilacap, tahun buku berikutnya menjadi juara II KUD terbaik tingkat provinsi Jateng. Tahun buku 1997 kembali menyandang gelar juara satu koperasi terbaik nasional dan pada 1999 sebagai koperasi berprestasi tingkat nasional.***

    Related Posts :



0 komentar:

Leave a Reply

Bookmark and Share

Recent Comment


ShoutMix chat widget

Random Post