• Coop KF Project Center Swedia

    Pihak KF Project Center Swedia, menggandeng tangan Dekopin buat memajukan koperasi bisnis ritel di Indonesia. Banyak koperasi yang memiliki unit ritel, pasti menanti-nanti realisasi konkritnya. Seperti apa pengalaman koperasi ritel Swedia ini?

    Aktivitas perkoperasian Swedia, boleh jadi serius menjalin kerja sama dengan kalangan gerakan koperasi di Indonesia. Indikasinya, sudah beberapa kali mereka menunjukkan perhatian yang cukup intensif. Ambil contoh, sejak 2005 pihak KF Project Center sebagai lembaga pendukung Swedish KF Group alias pusat koperasi konsumen Swedia melakukan sejumlah kunjungan ke Indonesia. Mereka mengunjungi sejumlah lembaga—termasuk Lapenkop dan Dekopin dalam konteks mencari mitra kerja.

    Lalu pada 2006, KF Project Center memutuskan memilih Dekopin sebagai mitra kerja dan menunjuk Lapenkop untuk melaksanakan program-programnya. Implementasinya, pada April dan Juli 2006 dua orang anggota tim KF Project Center yaitu Ms Anette Engleryd dan Mr Rolf Akeby melakukan survei di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Hasil survei menyimpulkan, belum ada koperasi konsumen di Indonesia yang dapat dijadikan ‘patokan’ dari sisi manajemen maupun skala usaha.

    Menindaklanjuti survei tersebut, KF Project Center mengirimkan tim lagi yang memahami tentang pengembangan usaha ritel koperasi. Masing-masing Mr Claes-Goran Norell yang ahli pengembangan sumber daya manusia dan Mr Lennart Peterson yang juga seorang psikolog ini. Kemudian pada pertengahan Februari lalu, juga ada penandatanganan nota kesepakatan antara KF Project Center yang diwakili oleh Mr Claes-Goran Norell dengan Dekopin yang diwakili oleh Ketua Umum Dekopin Adi Sasono.

    Isi kesepakatan, tak lain mengenai program pengembangan koperasi bis¬nis ritel di Indonesia yang dimulai pada 2007 ini hingga 2011. Kedua pihak menyatakan, diharapkan melalui program ini koperasi konsumen yang sudah ada di Indonesia dapat menajdi salah satu pilar yang kokoh dalam konteks mewujudkan masyarakat yang mandiri dan mampu menyelesaikan sebagian persoalan perekonomian bangsa Indonesia.

    Terkait dengan perkembangan KF Project Center, sejak tahun 2000 misalnya juga menjadi lembaga pendukung di bawah Swedish Co-operative Institute (Koopi). Secara kooperatif, KF Project Center sejak 1986 sudah memiliki kemitraan dengan sejumlah negara di Eropa Timur seperti Rusia, Polandia, Estonia, Bosnia Herzegovina, Lituania, Latvia dan Moldova. Termasuk beberapa negara di Asia, semisal Cina, Me¬sir atau Asia Tenggara seperti Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. Yang jelas, KF Project Center menyelenggarakan sebanyak 140 program di 30 negara.

    Mayoritas dari program tersebut dibiayai secara bilateral dan multilateral. Misalnya antara Swedish Inter¬na¬tional Development Co-Operation Agency (Sida) dengan Unii Eropa. Ruang lingkup KF Project Center meliputi pengembangan koperasi, bisnis ritel, pergudangan dan distribusi, manajemen pelatihan dan pengembangan bisnis, ekspor dan impor maupun pengembangan koperasi perumahan. Selain fokus ke pengembangan koperasi, KF Project Center juga mendorong kemajuan pelaku usaha kecil dan menengah (small medium enterprise’s, SMEs) secara efektif.

    Keunggulan Kompetitif Ritel
    Berdasarkan data yang dapat diakses melalui www.kfpc.se dinyatakan, saat ini bisnis jenis ritel telah tumbuh menjadi sebuah komunitas bisnis yang tumbuh dengan sangat pesat. Selain itu, perdagangan ukuran ritel sebetulnya tumbuh melalui integrasi antara jaringan pemilik toko ritel dengan dominasi penuh di pihak distributor besar dan pabrikan barang-barang.

    Jaringan bisnis ritel di tingkat nasional maupun internasional, akhir-akhir ini juga sudah mampu memotong biaya tinggi operasional maupun kegiatan pemasaran. Para pelaku bisnis ritel, yang jelas berarti juga mampu menekan harga hingga semurah-murahnya. Sekaligus memberikan pelayanan lebih baik kepada para pembeli. Mengapa demikian? Karena para pelaku bisnis ritel memang selalu berkompetisi agar mampu menarik minat para konsumen.

    Itu sebabnya, demi memenangkan persaingan pasar seringkali pelaku jaringan ritel menyelenggarakan berbagai pelatihan untuk meningkatkan keterampilan. Termasuk mempertajam pengetahuan mengenai seluk-beluk manajemen toko. Pelatihan di tingkat manajer maupun asisten manajer juga selalu digelar. Tujuannya, mengasah strategi pemasaran agar suskes menembus pasar.

    Terkait betapa keras persaingan bisnis ritel ini, pihak KF Project Center memiliki serangkaian program pelatihan untuk para manajer toko dengan nama Akademi Ritel. Program ini secara konsisten memiliki 8 jenis modul pelatihan. Antara lain meliputi aspek bagaimana menjadi manajer toko ritel yang sukses, pemasaran, manajemen pembelian, manajemen karyawan serta aspek pengawasan dan pengamanan pelayanan kepada para pembeli.

    Sementara itu, metode pelatihan yang dilakukan oleh KF Project Center biasanya berbasis interaksi antara tutor dan peserta. Terutama dengan mendekatkan aspek teori dan praktik, sejumlah percobaan serta peran konkrit para peserta dalam praktik sehari-hari bisnis ritel. Ukuran keberhasilan pelatihan, umumnya dilihat dari kemampuan para peserta secara perorangan maupun sebagai sebuah tim kerja.

    Setiap modul pelatihan ritel KF Project Center, rata-rata berlangsung selama 3 sampai 5 hari. Tapi jika akan dilakukan seluruh modul pelatihan ritel, praktis memakan waktu lebih kurang selama sebulan. Materi program pelatihan, seringkali mudah ditangkap peserta. Mengapa? Karena materi pelatihan bisa menyesuaikan kondisi kebutuhan lokal. (Husni Rasyad)

    Related Posts :



0 komentar:

Leave a Reply

Bookmark and Share

Recent Comment


ShoutMix chat widget

Random Post