• Siapkan Senjata dengan Lead

    Seorang penulis paling profesional sekali pun seringkali mengalami kesulitan saat memulai sebuah tulisan. Demikian pula halnya wartawan. Berjam-jam waktunya tersita di depan mesin tik atau komputer sebelum muncul satu gagasan menulis pembuka kalimat atau lebih dikenal sebagai kepala berita (Lead). Se­telah itu, tulisan biasanya lancar mengalir. Atau dalam bahasa iklan, “Selanjutnya terserah Anda”. Apakah ingin bertutur secara deskriptif, anekdot, gaya tulisan piramida terbalik dan bentuk lainnnya yang pas bagi gaya tulisan Anda.

    Menyiapkan sebuah tulisan ringkas (spot news, straight news, hard news) memang relatif lebih mudah. Tidak perlu banyak lamunan ketika memulai tulisan awal, karena yang disajikan adalah hal-hal faktual. Tetapi untuk sebuah tulisan panjang, reportase atau feature misalnya, jauh lebih sulit karena harus mampu memadukan antara unsur kreativitas, subjektivitas, informatif dan hiburan.

    Tipologi berita yang sering kita baca di surat kabar harian, umumnya adalah penyajian dalam bentuk Hard News. Berita ini ditulis cepat (kadang sering abai de­ngan akurasi informasi), karena sifatnya yang penting untuk diketahui publik. Penyajian hard news, selalu dimulai dengan lead (intro) yang sejak awal paragraf pertama langsung masuk pada inti persoalan. Pembukaan atau lead seperti ini disebut straight news lead dan dibuka dengan mengedepankan unsur what atau who. Empat unsur lainnya, when, why, where, dan how, tak mungkin dipakai untuk membuka straight news lead, karena fakta paling penting tak pernah hadir sebagai jawaban keempat unsur tersebut10). Kuncinya first think first.

    Lain halnya dengan penulisan berita dengan menggunakan Soft News Lead. Berita yang dibuat dengan menggunakan soft news tidak dibuat tergesa-gesa dan penulis punya banyak waktu untuk membangun referensi. Soft news, adalah berita yang mengabarkan sesuatu yang menarik buat publik atau mengandung human interest. Kabar yang dibawa oleh soft news—karena tidak bersifat penting buat publik—dapat disebut sebagai kabar yang tidak selalu mendesak. Oleh karena itu, dalam membuka uraian soft news tidak perlu membawa pembacanya langsung pada inti kejadian pada awal lead. Ia mengambil jalan yang agak lembut, tidak langsung atau dapat juga disebut agak “berbelok”. Usaha “membelok” ini dilakukan untuk membangkitkan daya tarik peristiwa/masalah yang dilaporkan itu. Dengan kata lain, kita mengharapkan perhatian pembaca terpaut pada lead tersebut dan membaca isi berita, walaupun di dalam berita itu sendiri tidak ada kepentingan publik yang terlibat (ia sekadar kasus yang menarik).
    Pada dasarnya, dilihat dari seni menulis, menyusun soft news lead sedikit lebih sukar dibandingkan dengan straight news lead. Soft news lead menuntut imajinasi penulisnya untuk memikat perhatian pembaca (tapi sekali-kali jangan menulis lead yang imajiner).

    Soft news dapat dibuka dengan who lead, when lead, where lead, why lead, dan bahkan how lead. Tetapi, dalam memilih unsur yang akan ditonjolkan itu itu haruslah dipertimbangkan betul apakah unsur tersebut dapat dikembangkan sebagai pe­nguat daya tarik atau tidak.

    Banyak pilihan yang tersedia ketika kita berpikir untuk menulis lead. Pilihan yang satu tentunya akan berbeda dengan pilihan yang lain. Jika si penulis berita tergolong pada orang yang tak mau “susah”, besar kemungkinan dia akan menulis apa saja, tanpa mempertimbangkan sampai dimana keampuhan intro yang dia tulis dalam merenggut perhatian pembaca. Sikap seperti itu adalah sikap yang keliru. Si penulis berita berkewajiban menulis intro yang kuat, yang menarik perhatian orang, yang berisikan informasi yang jelas, dan enak dibaca.

    Lead adalah kunci bagi penulisan feature. Mencoba menangkap minat pembaca tanpa lead yang baik sama halnya mengail tanpa umpan. Lead untuk feature mempunyai dua tujuan utama, yaitu menarik pembaca untuk mengikuti cerita dan membuat jalan supaya alur cerita lancar.
    Banyak pilihan lead menarik yang bisa dimanfaatkan untuk merangsang minat pembaca, ada lead yang menggelitik rasa ingin tahu pembaca, dan yang lain untuk mengaduk imajinasi pembaca. Dan masih ada yang lain, yaitu lead untuk memberi tahu pembaca tentang cerita yang bersangkutan secara ringkas. Berikut contoh lead yang dapat dimanfaatkan bagi awal tulisan panjang.

    1. Lead Ringkasan
    Lead ini sama dengan yang dipakai dalam penulisan ‘berita keras’. Ditulis hanya inti cerita, dan kemudian terserah pembaca apakah masih cukup berminat untuk mengikuti kelanjutannya. Karena lead ini sangat gampang ditulis, banyak reporter yang langsung memilihnya bila dikejar deadline, atau bila kehabisan akal untuk mencari lead yang lebih baik.
    Kalangan pengamat ekonomi dan anggota DPR menilai sikap ngotot Presiden Abdurahman Wahid untuk terus bertahan hingga 2004 justru menambah berat beban yang harus dipikul bangsa Indonesia. (NERACA, Rabu 21 Februari 2001)

    2. Lead Bercerita
    Lead ini digemari penulis fiksi (novel atau cerita pendek), menarik pembaca dan membenamkannya. Tekniknya adalah menciptakan satu suasana dan membiarkan pembaca menjadi tokoh utama. Wartawan rubrik kriminalitas sering memakai lead ini dalam cerita feature untuk melaporkan peristiwa kejahatan.

    Hari itu, ada lima mayat yang hangus terpanggnag. Sesosok mayat laki-laki dewasa dan tiga anaknya berserakan di sana-sini dengan tubuh rusak bekas dibantai. Pemandangan itu ditemukan penduduk di puing sebuah gubug yang hangus terbakar (TEMPO, 25 Januari 1992)

    3. Lead Deskriptif
    Lead ini bisa menciptakan gambaran dalam pikiran pembaca tentang suatu tokoh atau tempat kejadian. Lead ini cocok untuk berbagai feature dan digemari reporter yang menulis profil pribadi.

    Bola mata Juan berkaca-kaca ketika mengintip kemenakanannya, Soleka yang sedang mandi sore itu. Dari balik pagar sumur yang jarang, ia melihat kain basahan Soleka sering tersibak.(TEMPO, 2 Januari 1993)

    4. Lead Kutipan
    Kutipan yang dalam dan ringkas bisa membuat lead menarik, terutama bila yang dikutip orang yang dikenal. Kutipan harus bisa memberikan tinjauan ke dalam watak si pembicara.

    “Saya akan buktikan bahwa Golkar pernah menerima dana Bulog Rp 90 miliar dalam Pemilu yang lalu,” kata Mahfud MD.

    “Kalau bisa dapat pinjaman Rp 100 juta, saya bisa investasi kayu lebih banyak. Tapi bank belum ada yang percaya sama saya,” Sebuah pengakuan sekaligus keluhan seorang pengrajin kecil, Sarno. (Majalah PIP No 247 Maret 2004).

    Lead Kutipan, sering digunakan oleh wartawan yang umumnya tergesa-gesa. Seperti dikatakan Masmimar Mangiang, bahwa dalam kenyataannya, tidak semua penulis berita mau bersusah-payah memikirkan dan merumuskan lead yang kuat. Dan tidak semua editor (penyunting berita) yang punya kemauan—mungkin juga kemampuan (?)—untuk mengolah kembali berita yang akan diturunkannya (sampai mendapatkan bentuk yang terbaik).

    “Lead Kutipan” yang begitu banyaknya hadir dalam surat kabar sekarang, menunjukkan gejala itu. Banyak pilihan yang dirasakan tidak tepat karena sebenarnya tak semua kutipan itu mengandung daya tarik dan tak semua kutipan tersebut bernilai penting bagi pembaca. Bahkan ada kutipan itu yang isinya hanya sekadar pesan, imbauan dan harapan yang pada dasarnya tak kuat sebagai elemen berita yang dapat memikat perhatian publik. Publik seharusnya disuguhi cerita faktual, tentang masalah yang dilaporkan.
    (Ceritakanlah fakta terlebih dulu, dan sesudah itu—jika perlu—barulah disusul dengan komentar mengenai fakta itu.11)

    5. Lead Pertanyaan
    Lead ini efektif bila berhasil menantang pengetahuan atau rasa ingin tahu pembaca. Sering lead ini dipakai oleh wartawan yang tidak berhasil menemukan lead yang imajinatif. Lead ini gampang ditulis, tapi jarang membuahkan hasil terbaik. Karena pembaca umumnya malas untuk disuruh berpikir pada saat menyimak satu berita pembuka.

    Apa yang membuat massa begitu ngotot menuntut pembubaran Golkar. Anti Akbar Tandjung atau karena dosa politik masa lalu?

    Majelis hakim di Perancis berani menjatuhkan vonis yang berat bagi seorang pejabat tinggi yang sangat dekat dengan presiden. Kapan giliran hakim indonesia? (TEMPO, Edisi 9-15 Februari 2004).

    Howard Dean, yang diunggulkan menang dalam kaukus Partai Demokrat Iowa, terpuruk ke tempat ketiga. Bagaimana John Kerry bisa menang? (GATRA, 31 Januari 2004)

    6. Lead Menuding Langsung
    Bila reporter berkomunikasi langsung dengan pembaca, ini disebut lead menunjuk langsung. Ciri-ciri lead ini adalah ditemukannya kata “Anda” yang disisipkan pada paragraf pertama atau di tempat lain.

    Tuntutan mengganti Nurdin Halid dari Kursi Ketua Umum Dekopin kian mengkristal. Para tokoh koperasi dan Menegkop sepakat mengusung Rapat Anggota. (PIP, No 262 Juni 2005)

    Perwira dari Mabes Polri ditangkap petugas direktorat Narkoba Polda Metro Jaya. Kedapatan membawa 900 butir ekstasi “Zorro” (GATRA, 31 Januari 2004)

    7. Lead Penggoda
    Lead ini adalah cara untuk “mengelabui” pembaca dengan cara bergurau. Tujuan utamanya menggaet perhatian pembaca dan menuntunnya supaya membaca seluruh cerita.

    Angka yang ditunggu-tunggu itu keluar juga: sekitar 50
    (TEMPO, 4 Januari 1992, “Angka Misterius Santa Cruz”)

    8. Lead nyentrik
    Reporter yang imajinatif—meskipun tidak puitis—bisa mencoba lead seperti ini pada saat menulis cerita tentang kenaikan harga. Lead ini memikat dan infor­matif.
    Hijau sayuran
    Putihlah susu
    Naik harga makanan
    Ke langit biru

    9. Lead Gabungan
    Di surat kabar atau majalah sering ditemukan lead yang merupakan gabungan dari dua atau tiga lead, dengan mengambil unsur terbaik dari masing-masing lead. Lead kutipan sering digabungkan dengan lead deskriptif.

    “Bukan salahku bahwa aku belum mati sekarang.” Kata Fidel Castro dengan senyum lucu. (TEMPO, 7 Mei 1994. “Castro Revolusioner Yang Belum Pensiun”)

    Dari sejumlah lead yang diterangkan di atas, memberikan gambaran bahwa sebuah tulisan yang memikat memang layak dimulai dari lead yang menarik. Lead yang baik biasanya ditulis tidak bertele-tele. Kriterianya adalah :
    a. Tulisan ringkas
    b. Alinea ringkas (tidak lebih dari empat baris)
    c. Gunakan kalimat aktif
    d. Gaetlah pembaca pada beberapa kata pertama.


    Materi dan Gaya Tulisan
    Setelah aneka lead sudah dikuasai dengan baik, tahap berikutnya adalah menyiapkan materi tulisan. Baik buruk tulisan tergantung pada berapa banyak informasi yang diperoleh di lapangan. Jika mendapatkan informasi yang lengkap, wartawan dengan mudah menyusun materi sehingga bisa mengikuti alur cerita hingga akhir. Harap diingat, tulisan yang tidak dilengkapi dengan referensi yang cukup (terutama untuk penulisan feature), maka tak ubahnya Anda menyajikan hidangan tanpa sayur, alias tidak memenuhi empat sehat lima sempurna. Olehnya, suka atau tidak suka, jika Anda sudah memutuskan jadi seorang wartawan ataupun penulis yang andal, maka sarapan pagi dan makan malam Anda harus tidak lepas dari membaca banyak buku (referensi).

    Dalam penulisan berita, hal itu lebih gampang karena berita ditulis dengan format piramida terbalik, mengedepankan semua hal yang penting di alinea muka, selanjutnya menampilkan informasi yang kurang penting di bagian terakhir. Model tulisan seperti ini memudahkan redaktur dalam memotong tulisan yang tidak penting di bagian belakang.

    Banyak feature yang menganut gaya penulisan piramida terbalik, tetapi sebenarnya tidak ada patokan bentuk feature yang tegas. Ini membuat penulisan feature lebih sulit dalam beberapa hal, tapi juga memungkinkan kreativitas dan kecakapan.

    Materi tulisan yang baik seyogyanya harus dirancang sejak awal di otak kepala. Agar tulisan tidak melebar kemana-mana buatlah lebih dulu fokus yang akan dibahas setelah itu tentukan angle (sisi) yang menarik.

    Seorang reporter mungkin diberi tugas menulis feature tentang perkembangan gerakan koperasi di Indonesia. Tetapi masalah yang dihadapi perkoperasian di Indonesia cukup kompleks. Karenanya, ia perlu menentukan angle apa yang menarik, sehingga dengan mudah bisa mengolah bahan yang diperlukan untuk mengutarakan cerita itu. Pegang teguhlah angle cerita itu dengan menghapuskan bagian yang tidak berhubungan langsung dengan angle-nya ataupun tidak membantu mencapai sasaran.

    Agar tak tergelincir dari fokus, siapkanlah outline. Penulisan yang mengabaikan arti pentingnya outline sering berakibat fatal, tulisannya melantur kemana-mana. Suatu bagian cerita yang belum selesai menguraikan soal A, tiba-tiba disusul dengan bagian cerita yang menguraikan soal S, misalnya. Pengulangan yang tidak perlu juga bisa terjadi karena menulis tanpa outline.
    Jangan ragu untuk menyiapkan sebuah tulisan yang dimulai dengan pengumpulan bahan, kemudian mulai memilih awal cerita dan informasi apa yang secara logis merupakan bagian berikutnya. Begitulah seterusnya hingga bagian penutup. Dengan outline, seorang wartawan / penulis bisa menyajikan berita atau tulisan yang mengalir berdasarkan urutan logis pokok persoalan.

    Oleh Irsyad Muchtar
    (Sebagian tulisan ini disarikan dari buku pegangan wartawan tempo yang belakangan dipublikasikan dengan judul: Seandainya Saya Wartawan TEMPO, Institut Studi Arus Informasi & Yayasan Alumni TEMPO, Jakarta, 1996.)

    Related Posts :



0 komentar:

Leave a Reply

Bookmark and Share

Recent Comment


ShoutMix chat widget

Random Post