• Tehnik Wawancara

    ...semua berita adalah informasi, tapi tidak semua informasi adalah berita...

    SEBELUM membahas teknik wawancara, perkenankan saya memulainya de­ngan mengemukakan secara singkat tentang apa itu berita. Ini perlu disampaikan, sebab kegiatan jurnalistik yang bertajuk ‘teknik wawancara’ tersebut tidak terlepas dari apa yang disebut ‘berita’.

    Apa itu berita?
    Berita adalah terminologi dalam ilmu jurnalistik yang memiliki pengertian; News is the timely report of fact or opinion, to hold interest or importance, for a considerable number of people (Charnley, 1997).
    Secara praktis berita dapat didefinisikan sebagai laporan tentang suatu peristiwa yang sudah terjadi yang dipandang penting untuk menentukan sikap serta tin­dakan.
    Semua berita adalah informasi, tetapi tidak semua informasi adalah berita. Sebab, yang dimaksud dengan berita adalah informasi yang mengandung nilai berita yang telah diolah sesuai kaidah yang ada dalam ilmu jurnalistik dan yang sudah disajikan kepada khalayak melalui media massa periodic, baik cetak maupun elektronik.


    Yang disebut berita yang baik, adalah yang memiliki kriteria;
    Akurasi, kaidah-kaidah penulisan berita dalam pengertian modern, yaitu laporan harus bersifat faktual, akurasi objektif dan berimbang. Sebagai penjabaran aku­rasi, maka muncul formula 5W+H (What, Who, When, Where, Why, dan How).

    Objektif, berita harus merupakan laporan faktual tentang suatu peristiwa seperti apa adanya, tetapi tentu saja sejauh hal ini dimungkinkan, sebab wartawan pun memiliki keterbatasan. Untuk mengejar objektifitas ini kemudian muncul laporan komprehensif dan laporan investigatif.

    Berimbang (balanced), berita adalah laporan yang objektif termasuk tidak memihak kepentingan kelompok tertentu. Sifat berimbang ini perlu dijaga agar berita tidak menyesatkan pembaca dan tidak digugat oleh pihak yang merasa dirinya dirugikan.

    Bagaimana suatu berita bisa disajikan dengan baik?
    Wawancara merupakan bagian dari kegiatan jurnalistik yang paling penting. Aktifitas yang dapat dilakukan dalam berbagai kesempatan ini—bisa berupa obrolan santai di bar atau percakapan intens—akan dapat memberikan bobot pada suatu berita. Tanda seorang pewawancara yang baik adalah kemampuannya untuk mendo­rong nara sumber/orang yang diwawancara memberikan informasi yang jelas.

    Untuk mendapatkan hasil wawancara yang baik, berikut adalah beberapa hal yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan seourang pewawancara;

    Sebelum melakukan wawancara, pewawancara dianjurkan melakukan penelitian sebanyak mungkin. Pahami materi yang hendak dibicarakan. Sebab, tak ada yang lebih buruk dari menantang seseorang yang mempunyai kesempatan untuk memperbaiki fakta-fakta kita.

    Tulislah beberapa pertanyaan (kalau-kalau kita kekurangan pertanyaan) tetapi JANGAN diikuti semua itu bila interview berjalan baik. Ikuti alur-alur jawaban yang dikemukakan oleh orang yang diwawancarai.

    Pastikan pertanyaan-pertanyaan anda terfokus. Jangan buat terlalu umum dengan harapan sesuatu akan terjadi.

    Kalau wawancara anda “langsung” buatlah pertanyaan-pertanyaan pendek. Janganlah membuat nara sumber bingung dengan pertanyaan yang kurang jelas. Juga dianjurkan untuk tidak membuat pertanyaan yang bisa menyita waktu.

    Apabila yang anda kejar adalah sepotong ‘ungkapan’ yang sederhana, teruslah bertanya sehingga anda puas dengan jawaban tersebut padat dan memadai (contohnya; tidak menggantungkan diri pada pertanyaan anda untuk sesuai de­ngan paket).

    Jangan berlatih Tanya Jawab dengan orang yang anda wawancarai karena nanti jawabannya akan terdengar tidak asli (dibuat-buat) dan tidak spontan.

    Tangkaplah pandangan mata orang yang anda interview karena hal ini akan mendorong keyakinan diri dan membuatnya tidak terpengaruh dengan mikrofon.

    Jenis-jenis Wawancara
    Setiap wawancara memerlukan pendekatan yang berbeda. Hal ini bergantung pada obyek dan subyeknya. Terkadang, wawancara bisa berlangsung secara santai, tapi di saat lain penuh ketegangan.

    Berikut ini beberapa jenis wawancara (terutama untuk media elektronik), yang disarikan dari tulisan Imelda Reynolds di buku Pedoman Jurnalistik Radio.

    TAMPILAN KERAS
    Wawancara yang menyelidiki suatu permasalahan.
    Jenis wawancara seperti ini biasanya terkait dengan persoalan yang pelik atau kasus yang menyita perhatian. Apabila suatu wawancara menjadi terlalu keras dengan subyek yang lemah, maka hal ini tak akan mengesankan para pende­ngar. Apabila wawancara terlalu lemah dan subyek terlalu keras, maka hal inipun akan mengecewakan pendengar.

    Tampilan keras mungkin akan melibatkan pertanyaan-pertanyaan yang mulai de­ngan “Ya, tapi... “ atau “ Beberapa orang mungkin mengatakan bahwa..... “. Pendekatan yang ini harus dipakai dalam situasi yang murni. Anda tidak perlu melakukan pemeriksaan slang organisasi amal mengenai rencana untuk membuat rumah pia­tu baru kecuali ada indikasi korupsi yang jelas. Penting juga diingat untuk tidak terlibat secara pribadi dan menjadi emosi. Ini juga bisa menciptakan kesan yang salah (seakan orang yang di interview menjadi korban anda). Ada pula bahaya kalau kita menjadi terlalu terlibat, kita akan dituduh bias atau tidak adil.


    WAWANCARA INFORMATIF
    Memberikan fakta.
    Wawancara informatif adalah bentuk wawancara yang paling mudah untuk dilakukan karena hanya bersifat mengingat fakta-fakta.

    Fungsi utama dari seorang jurnalis adalah membuat pertanyaan yang membantu orang yang diwawancara untuk mengekspresikan diri dengan sejelas-jelas­nya. Wartawan harus mengkonsentrasikan pada jawaban-jawaban dan meyakinkan bahwa adanya penjelasan yang jelas. Ini adalah saatnya unyuk MENGANGGUK dan bukan untuk menginterupsi. Apakah anda mendengar penjelasan dinamis selama 20 detik itu atau apakah anda harus menyusun kembali pertanyaan anda sehingga dapat membantu orang yang anda wawancarai untuk menjawab dengan lengkap dan menarik?

    WAWANCARA EMOSIONAL
    Yang menunjukkan perasaan orang yang diwawancarai.
    Wawancara Emosional mungkin yang paling sulit. Hal ini menuntut wartawan untuk menjadi sensitive dan simpatik. Kita harus membuat orang yang kita wawancarai menjadi santai dan buatlah ia mempercayai kita untuk membantu mereka mengekspresikan diri mereka ketika mereka sedang menghadapi krisis. Sebagai­mana yang ditulis oleh seorang wartawan; “Untuk wawancara emosional aturannya adalah melangkah dengan hati-hati seperti kaki anda dihati seseorang sehingga anda hanya melangkah kearan yang diijinkan kepada anda untuk melangkah.”

    Umumnya kita harus selalu memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang kita tidak harus menjawabnya sendiri nantinya. Dengan kata lain pertanyaan-pertanyaan tersebut mendorong orang yang diwawancarai untuk mengatakan sesuatu. Hindari pertanyaan-pertanyaan yang mengundang jawaban YA/TIDAK. Ingat bahwa kebanyakan orang yang anda wawancarai tidak selalu biasa berbicara didepan mikrofon dan memerlukan bantuan.

    SEHINGGA DARI PADA MENGATAKAN :” jadi anda ada di dek ketika kapal ber­tabrakan?” YA!
    SEBAIKNYA: “dapatkah anda jelaskan keadaannya... atau apa yang terjadi ketika...?”

    ATAU “Ketika masih muda anda menghabiskan hidup anda bepergian dengan orang tua anda?” YA!
    LEBIH BAIK “Pekerjaan orang tua anda berarti bahwa anda menghabiskan masa kecil dengan bepergian, bagaimana rasanya?”

    ATAU “Apakah merasa akan memenangkan pemilihan umum? “
    LEBIH BAIK “Bagaimana harapan anda mengenai kesempatan anda memenangkan pemilihan kali ini?”

    WAWANCARA PAKSAAN
    Apabila orang yang diwawancara tidak menghendaki.
    Wawancara paksaan dapat menjadi sangat efektif apabila diarahkan terlebih dahulu. Mungkin orang yang diwawancara hanya mengatakan “tak ada komentar.” Tetapi hal ini sudah berkata banyak. Wartawan harus berusaha untuk me­nembakkan beberapa pertanyaan yang sifatnya menggali informasi. Hal ini bisa efektif dalam wawancara TV dimana terdapat kamera yang dapat mencatat perubahan-perubahan wajah dan tingkah laku orang yang ditanya, bahkan apabila orang yang diwawancara tersebut tetap tinggal diam.

    WAWANCARA MENGHIBUR
    Menunjukkan informasi pribadi.
    Wawancara menghibur apabila kita mewawancarai seorang yang terkenal. Yang perlu selalu kita ingat adalah siapa yang menjadi bintang, yang jelas bukan kita. Yang sangat membuat kesal adalah bila pewawancara berusaha menempatkan dirinya lebih top dari orang yang diwawancarai. Apabila orang tersebut terkenal atau telah berbuat sesuatu yang luar biasa maka kemungkinannya adalah bahwa ini pasti mempunyai sesuatu yang menarik untuk diceritakan mengenai hidupnya, jadi pusatkanlah kesana.

    Oleh : Dwitri Waluyo

    Related Posts :



0 komentar:

Leave a Reply

Bookmark and Share

Recent Comment


ShoutMix chat widget

Random Post