-
Getah Karet - Bola Karet ‘Setan’ Bangsa Aztek
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama havea brasiliensis yang berasal dari negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah. Yakni getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica (family moraceae). Tanaman lainnya yang mengandung lateks juga termasuk fig, euphorbia dan dandelion.
Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaatkan lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran.
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring ke arah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing. Tepinya rata dan gundul biji karet terdapat dalam setiap ruang buah.
Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanagaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar.
Produktivitas satuan luas dipengaruhi oleh jarak tanam dan kerapatan tanaman, disamping faktor-faktor yang lainya. Jarak yang lebih sempit akan berdampak negative dengan beberapa kelemahannya. Beberapa kerusakan yang akan terjadi akibat jarak yang lebih sempit adalah kerusakan mahkota tajuk oleh angina, kematian pohon karena penyakit menjadi lebih tinggi, tercapainya lilit batang sadap lebih lambat, hasil getahnya akan berkurang. Oleh sebab itu, dalam melakukan penanaman, sangat tidak dianjurkan terlalu rapat jarak antara satu pohon dengan pohon yang lainnya. Melihat hal tersebut diatas, maka dewasa ini kepadatan kerapatan pohon setiap hektarnya tidak melebihi dari jumlah 400 sampai dengan 500 pohon. Hal itu berarti jarak tanamnya perhektar adalah 7x3 m, 7, 14x 3, 33 m atau 8x2,5 m.
Klon Unggulan
Usaha peningkatan produktivitas tanaman karet baik pada tingkat perusahaan swasta maupun secara nasional, harus dilaksanakan dengan menanam klon-klon unggulan terbaru pada saat penanaman ataupun peremajaan.
Klon merupakan keturunan yang diperoleh secara pembiakan vegetatif. Sehingga, ciri-ciri dari tanaman akan sama persis dengan tanaman induknya. Klon-klon yang dianjurkan pada saat okulasi maupun penanaman bibit unggul adalah bahan tanaman karet. Adapun bahan tanaman yang dianjurkan adalah: Klon GT1, Klon PR 107, Klon PR 228, Klon PR 261, Klon PR 300, Klon PR 255, Klon PR 303, Klon AVROS 2037, Klon BPMI.
Rekomendasi klon karet oleh asosiasi penelitian dan perkebunan Indonesia pada tahun 2000 adalah sebagai berikut: Sistem rekomendasi klon karet 1999-2001, disesuaikan dengan undang-undang no 12 tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman.
Rekomendasi klon unggulan dikelompokan menjadi dua, yaitu: Kelompok klon anjuran komersial, kelompok klon anjuran harapan. Klon anjuran komeresil dibagi menjai 3 yaitu: Klon penghasil lateks Klon penghasil lateks-kayu Klon penghasil kayu Sedangkan klon anjuran harapan terdiri dari beberapa klon yaitu: IRR 2, IRR5, IRR13, IRR17, IRR21, IRR24, IRR41, IRR42, IRR54, IRR1OO, IRR104, IRR105, IRR107, IRR111 dan IRR 118.
Pemungutan hasil tanaman karet disebut penyadapan karet. Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet. Tujuan dari penyadapan karet ini adalah membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks akan berkurang apabila takaran cairan lateks pada kulit berkurang Kulit karet dengan ketinggian 260 cm dari permukaan tanah merupakan bidang sadap petani karet untuk memperoleh pendapatan selama kurun waktu sekitrar 30 tahun. Oleh sebab itu penyadapan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merisak kulit tersebut. Jika terjadi kesalahan dalam penyadapan, maka produksi karet akan berkurang(santosa, 1986) Untuk memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh hasil yang tinggi, menguntungkan, serta berkesinambungan dengan tetap memperhatikan faktor kesehatan tanaman.
Prospek
Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas sekitar 91 persen areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber). Rendahnya produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang menyerupai hutan. Oleh karena itu perlu upaya percepatan peremajaan karet rakyat dan pengembangan industri hilir.
Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif walaupun lambat yaitu 1,58 persen pertahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta sama-sama menurun 0,15 persen pertahun. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan peremajaan. Persoalannya adalah bahwa belum ada sumber dana yang tersedia untuk peremajaan. Di tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karet sudah cukup, namun selama lima tahun mendatang diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam industri pengolahan, baik untuk menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet lainnya karena produksi bahan baku karet akan meningkat. Kayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture tetapi belum optimal, sehingga diperlukan upaya pemanfaatan lebih lanjut.
Agribisnis karet alam di masa datang akan mempunyai prospek yang makin cerah karena adanya kesadaran akan kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam, kecenderungan penggunaan green tyres, meningkatnya industri polimer pengguna karet serta makin langka sumber-sumber minyak bumi dan makin mahalnya harga minyak bumi sebagai bahan pembuatan karet sintetis. Pada tahun 2002, jumlah konsumsi karet dunia lebih tinggi dari produksi. Indonesia akan mempunyai peluang untuk menjadi produsen terbesar dunia karena negara pesaing utama seperti Thailand dan Malaysia makin kekurangan lahan dan makin sulit mendapatkan tenaga kerja yang murah sehingga keunggulan komparatif dan kompetitif Indonesia akan makin baik. Kayu karet juga akan mempunyai prospek yang baik sebagai sumber kayu menggantikan sumber kayu asal hutan. Arah pengembangan karet ke depan lebih diwarnai oleh kandungan IPTEK dan kapital yang makin tinggi agar lebih kompetitif.
Bola Karet ‘Setan’ Bangsa Aztek
Tempat asalnya di wilayah Amerika Tengah dan Amerika Selatan, tanaman karet telah dimanfaatkan sejak lama. Masa peradaban Mesoamerika, masyarakat setempat menggunakan karet dari castilla elastica untuk berbagai kebutuhan. Salah satu yang menonjol dan memikat hati para colonial, masyarakat Mesoamerika kuno menggunakan bola karet dalam permainan mereka. Menurut Bernal Diaz del Castillo, Conquistador Spanyol, mereka sangat kagum terhadap pantulan bola karet orang Aztek. Dan, mengira bahwa bola tersebut dirasuki roh setan.
Di Brasil, orang lokal bahkan membuat baju tahan air dari karet. Melihat hal itu, ada sebuah cerita menyatakan bahwa orang Eropa pertama yang kembali ke Portugal dari Brasil, membawa baju anti-air tersebut. Ketika diperlihatkan pada khalayak, menyebabkan orang-orang terkejut. Dan, orang yang membawa baju anti air itu dibawa ke pengadilan, atas tuduhan melakukan ilmu gaib.
Ketika karet dibawa ke Inggris, dia diamati bahwa benda tersebut dapat menghapus tanda pensil di atas kertas. Ini adalah awal penamaan "rubber" di Inggris. Adalah Joseph Priestley, orang yang pertama kali menemukan penghapus pensil dari karet pada 1770. Percobaannya itu setelah menemukan lateks yang dikeringkan dapat menghapus tulisan pensil.
Pohon karet para pertama kali hanya tumbuh di Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara. Sekarang, tanaman ini banyak dikembangkan di wilayah Asia Tenggara dan diketahui sebagai sumber karet alami.
Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik. Tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer.
Karet alami seringkali divulkanisasi, sebuah proses yang memanaskan karet dan ditambah belerang untuk meningkatkan "resilience" dan elastisitas. Proses vulkanisasi meningkatkan durabilitas dan penggunaan karet dari tahun 1893 sampai sekarang. Pengembangan sukses vulkanisasi dihubungkan dengan Charles Goodyear. Sedangkan eksperimen awal dari pengembangan karet sintetis membawa ke penemuan Silly Putty.
Perkembangan komoditi karet semakin pesat setelah pada tahun 1893 Good Year menemukan tehnik vulkanisasi yaitu proses mencampur karet dengan belerang. Puncak permintaan karet terus meningkat seiring dengan ditemukannya ban angin oleh Dunlop pada tahun 1888 dan penemuan mobil pada tahun 1895.
Beberapa penemuan penting itu, menyebabkan sumber komoditi karet di Brazil semakin berkurang. Sehingga untuk stabilitas pasokan, tahun 1872, Farris mengirimkan 2000 biji karet dari Brazil ke Kebun Raya Kew di Inggris. Namun pada tahun 1875 pengiriman tersebut mengalami kegagalan. Henry Wickham pada Juni 1876, mengirimkan kembali 70.000 biji karet, 1397 ke Kebun Raya Kew, sekitar 1900 biji dikirim ke Srilanka, beberapa ke Malaysia dan hanya dua biji ke Kebun Raya Bogor, Indonesia. Dan, pada tahun 1898, biji tanaman karet ini untuk pertama kalinya dikirim ke perkebunan Ucing di Jawa langsung dari Brazil melalui Paris Prancis.Related Posts :
0 komentar: