• Pohon Buah Pinang Sentra Gandamayit

    Majid Hamidi Nanlohy
    Kita telah lama mengenal pohon pinang. Dalam literatur kebudayaan Indonesia, diantaranya juga menyiratkan tentang keberadaan pohon ini. Begitu melekatnya pohon pinang dalam kehidupan kita, bahkan dalam pepatah lama untuk menyebutkan pola kesamaan ciri, kita pun menggunakan pinang untuk istilah “Bagai Pinang Dibelah Dua”. Di dunia kesehatan, kita pula mengenal pinang sebagai obat beragam penyakit, mulai dari kanker, diare, cacingan hingga masalah kewanitaan. Dan di wilayah perdagangan, pinang jelas komoditi yang mampu menghasilkan gemerincing uang.

    Tersebutlah kisah, tentang sebatang pohon pinang yang menaungi Setra Gandamayit, di mana Sang Batari Durga bersemayam. Relief Candi Sukuh yang diperkirakan dibuat pada abad ke-15 itu, sebagai bukti bahwa pohon pinang sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat di nusantara bahkan sejak berabad-abad lampau. Bukan hanya relief Candi Sukuh yang mengukir kedalaman kisah tentang perjalanan kehidupan pohon pinang. Candi Borobudur juga menggambarkan keberadaan pohon ini di masa itu.

    Pinang (areca catechu) sebenarnya merupakan sejenis palma yang tumbuh di daerah Pasifik, Asia dan Afrika bagian timur. Di Indonesia, pinang dikenal dengan beragam nama. Seperti pineung (Aceh), pining (Batak Toba), serta pinang, batang mayang atau boni untuk sebutan di wilayah Sumatera lainnya. Lalu juga ada sebutan penang atau jambe, penang, wohan untuk beberapa daerah di Jawa. Gahat, gehat, kahat, taan, pinang (Kalimanantan). Alosi; mamaan, nyangan, luhuto, luguto, poko rapo, amongon.(Sulawesi) Bua, hua, soi, hualo, hual, soin, palm (Maluku). bua, winu. Sementara dalam bahasa Inggris, pinang biasa dikenal sebagai Betel palm atau Betel nut tree. Nama saintifik bagi pinang ialah areca catechu. Dalam bahasa Hindi, buah ini disebut supari dan pan-supari sebagai sirih pinang. Tetapi bahasa Malaya menyebutnya, adakka atau adekka, lalu Sri Lanka menyebutnya puvak, Sementara Thailand dan China masing-masing menyebutnya dengan mak dan pin-lang.

    Pohon pinang dibudidaya dengan cara menanam biji yang sudah cukup masak. Biasanya biji itu disemai dulu dan kemudian ditanam di dalam beg plastik. Ketika masih kecil tanaman ini cocok dijadikan hiasan dalampot. Apabila sudah besar, bagus ditanam di luar dan banayak ditanam sebagai batas tanah.

    Sementara wujud pohon pinang ini juga indah bak peragawati, alias tampak tinggi dan ramping. Batangnya lurus langsing, dapat mencapai ketinggian sekitar 25 meter dengan diameter sekitar 15 cm atau lebih.Tajuknya tidak rimbun. Dan pelepah daun berbentuk tabung dengan panjang 80 cm, tangkai daun pendek; helaian daun panjangnya sampai 80 cm, anak daun 85 x 5 cm, dengan ujung sobek dan bergerigi. Lebih jauh menelisik tentang tongkol bunganya dimana terdapat seludang (spatha) yang panjang dan mudah rontok, muncul dibawah daun, panjang lebih kurang 75 cm, dengan tangkai pendek bercabang rangkap, sumbu ujung sampai panjang 35 cm, dengan 1 bunga betina pada pangkal, di atasnya dengan banyak bunga jantan tersusun dalam 2 baris yang tertancap dalam alur. Bunga jantan panjang 4 mm, putih kuning; benang sari 6. Bunga betina panjang lebih kurang 1,5 cm, hijau dan bakal buah memiliki ruang 1.

    Bentuk buah pinang seperti telur bulat yang terbalik memanjang, merah oranye, panjang 3,5 - 7 cm, dengan dinding buah yang berserabut. Biji 1 berbentuk telur, dan memiliki gambaran seperti bentuk jala ikan. Biji pinang biasa dijadikan masyarakat kita yang gemar menyantap sirih sebagai bahan campuran kapur.

    Memang biasanya pinang ini ditanam di pekarangan, di taman atau dibudidayakan. Kadang juga tumbuh liar di tepi sungai dan tempat-tempat lain dan dapat ditemukan dari 1 hingga 1.400 meter di bawah permukaan laut. Selain itu bagian umbut pinang dimakan sebagai lalap atau acar, sedang buahnya merupakan salah satu ramuan untuk makan sirih, dan merupakan tanaman penghasil zat samak. Pelepah daun juga digunakan untuk pembungkus makanan, bahan campuran untuk pembuatan topi, dan masih banyak bentuk dan kegunaan lainnya.

    Panjat Pinang
    Dan dalam segi ekonomi, bertanam pohon pinang juga sangat menguntungkan. Untuk wilayah lokal, kita sudah lama mengenal pohon pinang sebagai bagian lain dari perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang diselenggarakan setiap tanggal 17 Agustus. Lomba panjat pinang, merupakan kegiatan seru sekaligus menegangkan karena bukan hanya sekedar hiburan tetapi juga merupakan suatu bentuk perjuangan. Usaha jual beli pohon pinang di masa menjelang perayaan hari bersejarah ini memang sangat menggiurkan. Mengingat perayaan ini digelar hampir disetiap sudut kampung di seluruh Indonesia. Bayangkan saja, berapa batang pohon pisang yang terpaksa ditebang untuk memeriahkan kegiatan tersebut? Dan tentu saja, harga pohon pisang pada periode tersebut bisa mendadak begitu mahal.

    Penjualan pohon pinang di dunia pertamanan juga sangat bagus. Sebab pinang biasa ditanam baik di bagian luar maupun di dalam ruangan, sebagai pohon hias atau ornamental. Meski kurang begitu awet, kayu pinang yang tua juga dimanfaatkan untuk bahan perkakas atau pagar. Batang pinang tua yang dibelah dan dibuang tengahnya digunakan untuk membuat talang atau saluran air.

    Ekspor Pinang
    Ekspor pinang dari Indonesia juga sudah menjalar ke negara-negara Asia selatan seperti India, Pakistan, Bangladesh, atau Nepal. Negara-negara pengekspor pinang utama adalah Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Myanmar.

    Biji pinang yang diperdagangkan terutama yang sudah dikeringkan, dalam keadaan utuh (bulat) atau dibelah. Umumnya biji pinang ini akan diolah menjadi semacam permen atau sebagai penganan ringan.

    Cacingan Hingga Organ Kewanitaan
    Khasiat biji pohon pinang dalam dunia kesehatan memang tidak bisa dikesampingkan. Secara tradisional, masyarakat sudah lama mengenal biji pinang untuk mengobati beragam penyakit. Seperti disentri, diare berdarah dan kudis. Dan di masa kini yang semuanya sudah serba moderen, pengobatan dengan menggunakan khasiat bihi buah pinang tetap berjalan. Karena memang biji pinang mengandung alkaloida seperti misalnya arekaina (arecaine) dan arekolina (arecoline), yang sedikit banyak bersifat racun dan adiktif, dapat merangsang otak. Sediaan simplisia biji pinang di apotek biasa digunakan untuk mengobati penyakit cacingan, terutama untuk mengatasi cacing pita.

    Tetapi anda harus berhati-hati, karena beberapa macam pinang bijinya menimbulkan rasa pening apabila dikunyah. Zat lain yang dikandung buah ini antara lain arecaidine, arecolidine, guracine (guacine), guvacoline dan beberapa unsur lainnya. Dan memang, akar pinang jenis pinang itam, pada masa lampau digunakan sebagai bahan pembuat racun untuk menyingkirkan musuh.

    Sementara itu, air rebusan dari biji pinang digunakan untuk mengatasi penyakit seperti haid dengan darah berlebihan, hidung berdarah (mimisan), koreng, borok, bisul, eksim, kudis, difteri, cacingan (kremi, gelang, pita, tambang), mencret dan disentri. Seperti yang dilakukan masyarakat di desa Semayang Kutai-Kalimatan Timur.

    Selain itu, pinang digunakan juga untuk mengatasi bengkak karena retensi cairan (edema), rasa penuh di dada, luka, batuk berdahak, diare, terlambat haid, keputihan, beri-beri, malaria, memeperkecil pupil mata. Biji dan kulit biji bagian dalam dapat juga digunakan untuk menguatkan gigi goyah, bersama-sama dengan sirih. Air rendaman biji pinang muda digunakan untuk obat sakit mata bagi warga suku Dayak Kendayan, di kecamatan Air Besar, Kalimantan Barat.

    Masyarakat lokal yang menggunakan pinang sebagai pengobatan diantaranya masyarakat Papua. Bagi masyarakat ini, pinang muda digunakan bersama dengan buah sirih untuk menguatkan gigi. Selain sebagai obat penguat gigi, masyarakat pesisir pantai desa Assai dan Yoon-noni, yang didiami oleh suku Menyah, Arfak, Biak dan Serui- Papua, biji pinang muda digunakan setelah melahirkan oleh kaum wanita dengan cara memasak buah pinang muda tersebut dan airnya diminum selama satu minggu untuk mengecilkan rahim.

    Ada juga yang menggunakan umbut pinang muda digunakan untuk mengobati patah tulang, dan sakit pinggang (salah urat). Dan daunnya untuk mengatasi masalah tidak nafsu makan, dan sakit pinggang. Sabut pinang rasanya hangat dan pahit, digunakan untuk gangguan pencernaan, sembelit dan edema.

    Jika ditelisik ke dalam, biji pinang yang rasanya pahit, namun agak pedas dan hangat ini memang mengandung sekitar 0,3 hingga 0,6 persen alkaloid, seperti arekolin (C8H13NO2), arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine. Juga terdapat kandungan red tannin 15 persen, lemak 14 persen (palmitic, oleic, stearic, caproic, caprylic, lauric, myristic acid), kanji dan resin. Dan rupanya, biji segar justru mengandung sekitar 50 persen lebih banyak alkaloid.

    Diketahui, arekolin selain berfungsi sebagai obat cacing juga sebagai penenang, sehingga bersifat memabukkan bagi penggunanya. Mengingat kandungan kimia tanaman pinang (alkaloid arekolin) mengandung racun dan penenang sehingga tidak dianjurkan untuk pemakaian dalam jumlah banyak. Meski demikian, ternyata biji pinang juga mengandung senyawa antioksidan sehingga berpotensi sebagai antikanker.

    Pemanfaatan biji buah pinang untuk mencegah dan memberantas cacing di tubuh manusia memang sudah cukup lama dikenal. Pencegahan dan pemberantasan cacing di dalam tubuh ini memang penting dan harus segera dilakukan mengingat bahaya yang akan ditimbulkan. Sebab infeksi cacing usus seperti cacing gelang (ascaris lumbricoides), cacing cambuk (trichuris trichiura) dan cacing kait (n.americanus), terutama pada anak-anak sangat membahayakan.

    Sementara infeksi cacing gelang, bila larvanya sampai ke paru-paru bisa membuat orang yang menjadi induk semangnya akan menderita batuk. Kalau yang dewasa sampai bermigrasi ke usus buntu, akibatnya dapat menimbulkan radang usus. Jika migrasinya sampai ke hati, maka terjadi abses hati. Dan perlu diketahui, infeksi cacing cambuk akan menyebabkan nyeri di daerah perut, diare, dan terkadang anus menonjol ke luar.

    Pemberantasan cacing pita (taenia saginata atau t.solium) yang dapat ditularkan lewat daging sapi atau babi yang dimasak kurang sempurna umpamanya biasanya menggunakan bahan-bahan tradisional. Seperti dengan minum santan kelapa (cocos nucifera), kalau bisa kelapa hijau, yang kental. Dosisnya, satu gelas sehari dan diminum pada pagi hari sebelum sarapan. Atau, dengan makan isi biji waluh (cucurbita mochata) sebanyak 500 - 1.000 butir bagi orang dewasa. Dua jam kemudian minum kastroli untuk urus-urus untuk mengeluarkan cacing, meski hal ini sebenarnya dapat membahayakan pencernaan.

    Sedangkan untuk mengusir cacing keremi (oxyuris vermicularis) dari saluran pencernaan, generasi orang tua atau kakek kita menggunakan satu jari akar pepaya gantung yang dimasak dengan satu gelas air hingga tersisa setengah gelas. Air rebusan ini diminum dengan sedikit susu sapi. Resep tradisional ini diminum dua kali sehari, masing-masing setengah gelas. Dianjurkan selama mengkonsumsi obat alami ini, penderita tidak makan terlalu kenyang. Dan perut penderita ditempeli tumbukan bunga pepaya gantung dan dibalut dengan gurita pada malam harinya.

    Meskipun proses penyembuhannya belum diketahui dengan pasti, resep-resep tradisional macam itu mungkin masih banyak digunakan hingga sekarang. Termasuk juga dengan menggunakan biji buah pinang. Contohnya, arekolin yang terkandung dalam pinang merupakan penghapus parasit dan cacing serta bertindak seperti asetil kolin. Buah pinang muda dikunyah dan airnya ditelan untuk mengobati kencing darah. Tapi masyarakat Indonesia memang memanfaatkan tanaman ini sebagai obat alami untuk menguatkan gusi, gigi, dan mengobati cacingan.

    Bahkan, pinang juga bisa meningkatkan gairah dan stamina tubuh. Ekstrak etanol biji pinang menghambat pertumbuhan dan proliferasi alias perkembangbiakan sel kanker payudara.

    Daging biji pinang yang diperas mengeluarkan zat orecoline yang bersifat parasimpatomimetik yang bermanfaat mengeluarkan cacing dari dalam tubuh. Zat taninnya yang tingggi berkhasiat menyembuhkan radang. Daun pinang mengandung kalium yang bermanfaat untuk memperlancar buang air seni, mengeluarkan dahak dan mengecilkan pori-pori. Biji pinang mengandung senyawa tanin dan beberapa alkaloid seperti guvasina, guvakolina, arekaina, dam arekolina. Arekolina ditemukan dalam jumlah terbanyak dan inilah yang diduga berfungsi sebagai antihelmintik- anti cacing.

    Related Posts :



0 komentar:

Leave a Reply

Bookmark and Share

Recent Comment


ShoutMix chat widget

Random Post