• KUD Tamporok Minahasa Utara

    Hari pagi buta sampai menjelang tengah hari, pasar desa itu masih ramai dikunjungi orang. Sebagian orang mendatangi pasar dengan menggunakan kendaraan tradisional delman. Ada juga yang memakai sepeda angin. Namun sudah banyak orang yang datang ke pasar dengan mengendarai sepeda motor.

    Betul, Pasar Tatelu nama pasar desa tersebut. Berdampingan erat de­ngan pasar, berdiri bangunan berbentuk empat persegi panjang. Tersekat dengan tembok sederhana, bangunan digunakan tiga keperluan yang berbeda-beda.

    Di sisi paling kiri, KUD Tamporok memanfaatkan untuk operasional sehari-hari. Sedangkan bangunan bagian tengah, digunakan oleh unit waserda untuk melayani kebutuhan anggota maupun warga masyarakat. Sementara USP memakai sisi kanan bangunan untuk kegiatan utama bisnisnya.

    Yang jelas, keberadaan Pasar Tatelu tak bisa terpisahkan dengan eksistensi KUD Tamporok. KUD ini berperan besar mewujudkan pasar desa ini. Didukung Hukum Tua atau kepala desa setempat, termasuk kerja sama dengan instansi berwenang dari Departemen Dalam Negeri, Departemen Perdagangan serta Departemen Koperasi, KUD Tamporok akhirnya mampu merealisasikan berdirinya Pasar Tatelu.

    Pasar Tatelu tetap memiliki pamor sebagai pusat tradisional bertemu­nya penjual dan pembeli. Sementara keberadaan unit waserda, nyatanya justru saling melengkapi dengan Pasar Tatelu. Ambil contoh, kalau orang ingin membeli ayam hidup maka ia pasti bisa mendapatkannya di pasar tradisional tersebut. Tetapi bila ia mencari bumbu kaldu ayam agar dapat memasak secara cepat, di waserda tempatnya.

    Harus digarisbawahi, koperasi jelas mampu menjalankan peranan sebagai ‘jembatan’ kepentingan antara yang bersifat tradisional yaitu pasar rakyat dengan kepentingan moderen yang berbentuk waserda.

    Keberadaan waserda milik KUD Tamporok juga sudah teruji. Padahal di saat krisis moneter (krismon) sebagai ujung krisis ekonomi 1997-1998, waserda ini hampir mati. Apa saja kiat yang dijalani waserda hingga tetap bertahan bahkan berkembang hingga sekarang?

    Ketua KUD Tamporok J Kaunang menjelaskan resep mengapa unit waserda koperasi tetap hidup sampai saat ini, sangat sederhana. Mak­sudnya, unit ini tetap menjalankan bisnis sesuai kemampuan yang ada. Siasatnya, di puncak krisis unit waserda melakukan pembelian barang dalam jumlah kecil. Memang, konsekuensi berikutnya waserda koperasi juga hanya mampu menjual barang dalam partai kecil. Ia mensyukuri, sebab seluruh komponen anggota, pengurus maupun pengawas koperasi dapat memahami keterbatasan lembaga usaha yang tetap mereka bang­gakan bersama. Sedikit demi sedikit, kemampuan waserda koperasi meng­gulirkan roda bisnis eceran ini semakin pulih. Saat sekarang, kondisi usaha sektor ritel ini tetap sehat.

    Dilema KUT
    Khusus terkait permasalahan Kredit Usaha Tani (KUT), bagi KUD Tamporok memang terasa sangat dilematis. Maksudnya, di satu sisi pencairan dana KUT cukup menolong kebutuhan para petani padi. Tapi di sisi lain, buntut dari persoalan KUT yang berlarut-larut juga sangat me­ru­gikan kepentingan petani.

    Syukurlah, para pengurus koperasi pedesaan yang sudah makan asam garam ini sejak awal amat berhati-hati untuk menerima atau menolak KUT. Sampai sekarang, para pengurus tak segan-segan selalu mendampingi para anggota koperasi yang mengalami persoalan KUT. Ia mengakui, hing­ga sekarang cukup banyak anggota yang tak mau membayar ‘tunggakan’ KUT. Namun demikian para penunggak KUT tersebut menga­jukan argumen, kalau mau menyalahkan mereka, lebih dulu pertanyakan: Apakah kebijakan KUT benar–benar ingin membantu para petani atau sekadar mempolitisasi kepentingan mereka?

    Yang pasti, KUD Tamporok yang beranggotakan 1.444 orang terus menjalin koordinasi dan komunikasi dengan para pengurus koperasi secara konsisten. Di luar RAT, setiap bulan para pengurus selalu menggelar rapat internal. Sedangkan secara berkelompok, para anggota menyelenggarakan rapat sedikitnya dua kali setahun. Ini belum termasuk pelatihan buat anggota koperasi, baik dilakukan sendiri oleh pihak koperasi maupun menghadiri pelatihan yang digelar pihak lain atau luar koperasi.

    Manfaatnya, interaksi yang intensif tersebut menghasilkan suasana yang kondusif dan produktif. Padahal sekadar perbandingan dengan kurun sebe­lumnya, antara kalangan anggota dan pengurus seringkali mengalami per­tengkaran. Untunglah, saat ini seluruh unsur pendukung koperasi sudah me­nyadari bahwa segala konflik menyangkut kepentingan koperasi harus diakhiri.

    Mereka juga memahami, kelembagaan koperasi itu lah yang benar. Melalui pendekatan semacam ini, persoalan dilematis seperti KUT akhir­nya bisa dipecahkan secara bijak. Dalam konteks ini, seluruh jajaran pe­ngurus maupun pengawas koperasi bersepakat untuk membangun koperasi yang sejati.

    Partisipasi Tinggi
    Terkait tingkat partisipasi anggota terhadap koperasi, Sekretaris KUD Tamporok Nicolaas A Tidajoh menjelaskan para anggota selalu aktif mengembangkan koperasi. Ia mengatakan partisipasi ini bisa mencapai 80 persen. Karena itu mudah dimengerti, bila setiap kali koperasi menggelar RAT sebanyak 99 persen anggota juga senantiasa berperan serta sesuai kapasitas persoalan dan kepentingan masing-masing. Termasuk dalam konteks setiap pengambilan keputusan oleh koperasi, 90 persen anggota juga aktif memberikan pendapat yang diperlukan. Salah satu penyebab utama mengapa tingkat partisipasi anggota begitu tinggi, ia menjawab tak lain karena koperasi sudah menerapkan salah satu prinsip koperasi mengenai keanggotaan bersifat sukarela.

    Di sisi lain sejumlah anggota KUD yang didirikan pada 1974 dan sudah mengalami perobahan status BH tiga kali ini berdasarkan isian kuesioner menjelaskan, selalu ikut memajukan setiap usaha yang dijalankan koperasi. Mereka rata-rata berpendapat, berusaha mendukung usaha koperasi sejak sektor perikanan, perkebunan dan pertanian.

    Beberapa anggota koperasi yang lain menambahkan, ia senantiasa aktif membantu koperasi dengan cara me­nyim­pan dan meminjam dana dari unit simpan pinjam milik koperasi. Selain itu, ia juga selalu berbelanja bebe­rapa barang kebutuhan sehari-hari di waserda yang milik ko­perasi. Ada juga anggota yang aktif mengem­bangkan koperasi dengan cara membuka usaha di sub sektor budidaya perikanan air tawar.

    Mengapa para anggota KUD memiliki partisipasi tinggi? Sejumlah anggota mengungkapkan, antara lain berkat mengikuti pela­tihan di bidang pertanian dan perikanan. Anggota lain menjelaskan, merasakan manfaat besar menjadi anggota koperasi karena diikutkan tata cara pembibitan ikan air tawar. Ada juga anggota koperasi yang beruntung karena mengikuti pelatihan mengenai penanaman jagung hibrida.

    Sementara itu beberapa anggota koperasi merasa mendapatkan ilmu di bidang pengelolaan waserda setelah mengikuti pelatihan mengenai ritel dan simpan pinjam. Sedangkan seorang petani anggota koperasi, meyakini ilmu yang didapat dari pelatihan tentang seluk-beluk penyuluh pertanian akan bermanfaat untuk membimbing sesama petani di desanya.

    Pengembangan Bisnis
    Menjawab pertanyaan apakah mereka menganggap KUD Tamporok se­bagai koperasi yang berhasil, sejumlah anggota koperasi rata-rata me­nga­takan ya. Alasannya antara lain karena koperasi dapat me­ngem­bang­kan sejumlah usaha yang dikelola oleh anggota.
    Sedangkan anggota lain mengatakan, sebab koperasi dapat melayani seluruh usaha yang dijalankan anggota. Ada juga anggota yang menjawab karena koperasi telah mampu memberikan pelayanan yang cukup. Anggota lain lagi menandaskan, keberhasilan koperasi sebagai sebuah lembaga usaha terutama telah mampu melayani dengan baik beberapa usaha yang dijalankan oleh para anggota.

    Menurut Wulan Rondonuwu (43) salah seorang anggota KUD Tam­porok mengatakan, perkembangan usaha koperasinya sangat baik. Sebab, bantuan permodalan usaha yang disalurkan melalui unit simpan pinjam ternyata mampu membantu kelangsungan usaha yang dikerjakan anggota. Karena itu ia merasa puas atas pelayanan yang diberikan para pengurus koperasi kepada dia selaku anggota.

    Lain lagi pendapat Eldath Supit (46) anggota KUD Tamporok dari Desa Tatelu, Kecamatan Dimembe menuturkan, koperasi hendaknya harus lebih meningkatkan posisi daya saing. Karena sejauh ini, koperasi belum membantu maksimal dalam penjualan produk ikan budidaya yang ia usahakan. Namun demikian ia mengakui, koperasi sudah cukup membantu kegiatah usaha yang ia kerjakan sekarang.

    Berdasarkan dokumen keuangan KUD Tamporok 2001-2005, pen­dapatan lembaga usaha ini membaik. Ambil contoh pada akhir 2004, pendapatan tercatat Rp 2,022 miliar. Sedangkan pada akhir 2005 pen­dapatannya bergerak mencapai Rp 2,193 miliar.
    Pada kurun yang sama koperasi juga bisa menekan pengeluaran. Sebab pada 2003 misalnya pengeluaran koperasi senilai Rp 2,046 miliar. Kemudian pada akhir 2004 pengeluaran koperasi menjadi Rp 1,962 miliar.

    Yang juga menarik, perkembangan modal sendiri koperasi selama lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang signifikan. Lihatlah kalau pada akhir 2003, modal sendiri koperasi tercatat Rp 2,281 miliar meningkat menjadi Rp 2,325 miliar pada akhir 2004 serta senilai Rp 2,349 miliar di posisi akhir 2005.

    KUD Tamporok yang dalam bahasa setempat berarti puncak pohon kelapa atau simbol dari cita-cita, tak berlebihan layak menjadi percontohan. Mengapa demikian? Sebab dari indikasi tingkat partisipasi anggota pada rapat-rapat koperasi saja mencapai lebih dari 90 persen. Lebih dari itu nilai transaksi nominal dari 1.444 anggota koperasi selalu selalu meningkat sangat signifikan. Buktinya, pada akhir 2003 nilai nominal transaksi anggota tercatat Rp 1,955 miliar. Bandingkan dengan transaksi pada 2004 yang mencapai senilai Rp 1,992 miliar. Kemudian cermati transaksi anggota koperasi per akhir 2005 yang mencapai Rp 2,180 miliar. ***

    Related Posts :



0 komentar:

Leave a Reply

Bookmark and Share

Recent Comment


ShoutMix chat widget

Random Post