• Menunda Kesenangan

    Di Amerika Serikat, pernah dilakukan sebuah penelitian yang menarik, terhadap sekelompok anak kindergarten school atau TK. Kepada setiap anak, diberi 5 permen yang saat itu sangat favorit. Mereka boleh memakannya sampai habis. Tapi, kalau ada yang tidak memakan satu permen pun sampai jam sekolah selesai, akan diberi hadiah berupa 5 bungkus cokelat, yang tentu saja jauh lebih enak dari permen. Hal ini di­sampaikan kepada semua anak, begitu mereka menerima permen.

    Sebagian besar anak, sangat tergoda untuk segera mengunyah permen di tangannya. Mereka tidak peduli dengan hadiah cokelat, walaupun sebenarnya menginginkan juga. Sebagian kecil lainnya, memilih bertahan tidak memakan permen, karena menginginkan keuntungan lebih besar, yaitu tambahan hadiah cokelat.

    Penelitian ini terus berlanjut hingga waktu yang sangat lama. Perkembang­an anak-anak terus dipantau hingga dewasa. Apa yang terjadi? Anak-anak yang berhasil menunda hasratnya menikmati permen, ternyata memiliki karir yang lebih bagus. Hasil penelitian ini, meneguhkan sebuah kesimpulan, bahwa menunda kesenangan untuk memperoleh kesenangan lebih besar, merupakan salah satu kunci sukses bagi seseorang.

    Teori lain menyebutkan, jumlah orang yang sukses secara materi (kaya) di dunia ini, jauh lebih sedikit diban­ding yang tidak kaya. Tapi, kalau seluruh kekayaan atau uang dikumpulkan, kemudian dibagi rata pada setiap orang, dalam waktu tertentu, akan tercipta keadaan yang sama seperti sebelumnya. Kenapa? Karena ketika menerima uang, orang tidak kaya cenderung langsung membelanjakan untuk apa saja yang menye­nangkan. Sedangkan orang kaya, akan menginvestasikan uang tersebut, se­hingga kelak menghasilkan keuntung­an jauh lebih besar.

    Di kalangan Muslim, latihan untuk menunda kesenangan, sebetulnya sudah tersedia, bahkan dalam bentuk ibadah wajib seperti puasa di BulanRamadhan. Dalam berpuasa, kita dituntut menunda kesenangan teruta­ma berupa makan dan minum, usai imsak sampai azan maghrib. Tapi, sayang, sebagian besar dari kita, tidak menjalankan latihan menunda kesenangan ini, dalam kehidupan sehari-hari, khu­susnya dalam meniti karir atau me­ngembangkan usaha. Kita cenderung cepat puas, dengan jenjang karir yang dicapai sekarang, atau ingin buru-buru merayakan perolehan keuntungan dari usaha, dengan kegiatan konsumtif.

    Boleh jadi karena setelah menunaikan ibadah puasa seharian, saat berbuka kita cenderung “berpesta” dengan berbagai jenis makanan yang disediakan khusus. Konon, selama Bulan Puasa, anggaran belanja setiap keluarga malah lebih boros dibanding bulan lain. Bahkan, saat menghadapi Lebaran, tarikan konsumtif jadi lebih kuat lagi. Uang yang dikumpulkan sepanjang Ramadhan (termasuk THR), seolah ingin dihabiskan untuk Lebaran.

    Selain latihan menunda kesenang­an melalui ibadah puasa, umat Islam masih mempunyai latihan lain yang juga sangat penting untuk menggapai kesuksesan, yaitu disiplin. Ibadah sholat lima waktu, sangat jelas melatih kita untuk disiplin, termasuk soal pe­ngaturan waktu. Kepada pembaca yang beragama Islam, selamat menunaikan ibadah puasa.

    Related Posts :



0 komentar:

Leave a Reply

Bookmark and Share

Recent Comment


ShoutMix chat widget

Random Post